WPNews, 04 April 2003, 15:02 GMT
Gen TPN PB Mathias Wenda: Indonesian Troops (TNI) are Trouble-Makers and Killers in West Papua
If so-called "Democratic Nations" are Concerned About Sufferings of Iraqi People, Why Can They Ignore our Sufferings for Four Decades Already?
In relation to the attack by Papuans, who were suspected to be members of the TPN/OPM, under the command of Regional IX the Star Mountains of the TPN/OPM, WPNews contacted another phone-interview with the Commander in Chief of the TPN/OPM, Gen. TPN PB Mathias Wenda.
As he stated before in response to the war in
Wutung, PNG-West Papua border on 18 December 2002,
(http://www.melanesianews.org/tpnopm/progress/191202-mwenda.htm), this time he questions: "Do you know trouble-makers and killers in West Papua?"
He restated his statement again, "TPN/OPM is responsible to the Papuan people to get the colonial power out from West Papua, to regain the independent State of West Papua, which was declared on 1 December 1961 and proclaimed on 1 July 1971. It has the duty to face the killers of human beings and the destroyers of the nature in West Papua soil."
Below is the interview by Members of the Collective Editorial Board
(CEB) WPNews.
WPNews: Good afternoon General.
Gen.TPN PB Mathias Wenda (TPN/OPM): Good Morning, it is after 01:00AM in the morning here.
WPNews: We come to you again to ask some questions around the attack in Wamena, suspected by the TPN/OPM members under the Command of Gen. TPN PB Tithus Murib.
TPN/OPM: Are you asking me about who these people are?
WPNews: Yes, are they TPN/OPM troops?
TPN/OPM: You know well, TPN/OPM is not that well structured as modern armed organisations you know in the world. We are very loosely organised. I have not yet received any reports from Gen. Murib, but I would suggest you to contact them instead of myself.
WPNews: We will try to contact Gen. Murib. But, do you think this attack is purely done by the TPN/OPM troops?
TPN/OPM: Who can justify that? Who want to see that West Papua is not safe and that there is no peace here? Who would like to see more bloodbaths here? Who want to see more troops coming into West Papua? Who want blood and more lives to be taken from Papua soil? Absolutely not the Papuans. We have enough people died. Who want Papuans to die everyday?
WPNews: So, you are suggesting that TPN/OPM is not to blame for this incident?
TPN/OPM: I am saying that as far as all of us know, Indonesian troops (TNI) are trouble-makers and killers in West Papua. And that it is them that want to see no peace or Peace Zone for and in West Papua. They want war here. That was what I said before. How can we declare a Peace Zone when the people ourselves are hunted all over and killed on daily basis? And for 40 years?
WPNews: What will you say if finally it becomes clear that your troops did it?
TPN/OPM: Well, the army in West Papua are to kill. No army in the world is for peace, nonsense. Armed Forces means the state's apparatus for war, war means killing each other. So, if my troops acted to defend their lives, I have no reason to blame them. Only if they shot civilians or created troubles for the villagers, I will find it difficult to claim that we are for the people and defending the rights of the people to live freely and peacefully. But let me make it clear, that TNI have been using Papuans to create so many troubles in West Papua, and we need to find out the reason behind it.
WPNews: Do you have any clue of why?
TPN/OPM: It is obvious, very, very obvious.
WPNews: Can you tells now?
TPN/OPM: They attacked civilians in
Wutung, their own ambassador to PNG, and their own member of TNI troops, to justify that they need more troops along the border. They attacked and killed civilians in Tembagapura, killing two American teachers. They killed Theys Eluay, Arnold
Ap, William Onde, Thom Wainggai, John Mambor and many others, men, women, adult, young, educated, villagers, all you know.
So the scenario, the most probable one, is really related to the plan by the TNI some days ago to deploy thousands of troops, related to the plan to expand and develop Navy Base in West Papua, on going action of deviding the province into three and then seven, and all these. How can they do that? First they need to show to the world, and to the government, that "Yes, West Papua is not secure, there is no peace, but war. Therefore, West Papua needs more troops. Therefore, the TNI can do business of killing people and taking the resources from here.They need troops to secure the government's plans are carried out without significant rebelion and arguments from the Papuans." They need to show their power to the Papuans and more troops deployment is an intimidating act.
So, it is obvious that this is another scenario they have to justify deployments of more battle-troops. That is the scenario, all villagers in West Papua know this. The world knows this, all democratic and civlised nations know this.
WPNews: What do you want to say to the Papuans?
TPN/OPM: I have nothing to say to the Papuans. They all know I would say to them, as they are myself and I am themselves. What I have is to say to the President of the USA and the Prime Minister of the United Kingdom. If they are really campaigning for democracy and human rights, they need to look at 40 years of suffering here.
They clearly know that Indonesia is not a democratic country. They all know that human rights records in Indonesia is extremely
poort. They know that many Papuans have been killed. They know that Papuans are under continuous intimidation, terror, rape, torture and murders. They all know that militia activities are openly carried out here all over Indonesia. They have learned that they are not safe here. They have been killed all over Indonesia: Tembagapura, Bali,
Dili, Poso and Jakarta.
If these guys are really defending for human rights and democracy, they should do someting about this nation and country. If they do not, then let us say that they are not really for democracy and the rights of Iraqi people, but there is something else behind it. You know what it is.
---------------------------------------------------------------------------
Jumat, 04 April 2003, 18:53 WIB
Tidak Tertutup Kemungkinan Keterlibatan Anggota TNI
Jakarta, KCM
Tidak tertutup kemungkinan adanya keterlibatan anggota TNI dalam kasus penyerangan gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) ke Markas Kodim 1702 Jayawijaya, Wamena, Papua, Jumat (4/4) dini
hari. Namun hal itu harus dibuktikan terlebih
dahulu.
Demikian ditegaskan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen ) TNI Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin dalam keterangan pers di Mabes TNI,
Cilangkap, Jumat (4/4).
Menurutnya, hari Jumat pagi Panglima TNI Jenderal TNI Endriartono Sutarto telah memerintahkan agar dilakukan penyelidikan ke dalam terhadap kemungkinan adanya orang dalam yang terlibat kasus
tersebut. Hal ini juga dimaksudkan untuk pengamanan internal TNI
sendiri.
"Kita harus teliti.Pendeteksian ke dalam itu perlu untuk penguatan tubuh TNI. Siapa
tahu, kita tidak boleh katakan tidak ada yang terlibat sebelum memastikan memang tidak ada yang
terlibat," tandasnya.
Di samping itu, lanjutnya, Panglima TNI juga menginstruksikan agar dilakukan penyelidikan dalam rangka pendeteksian kembali gerakan separatis Papua. Juga mewaspadai kemungkinan peningkatan aktivitas gerakan separatis dalam kaitan keamanan
nasional.
Dia menambahkan, TNI yakin proses pengejaran terhadap pelaku oleh Kodam akan membuahkan
hasil. Sehingga senjata yang dicuri bisa direbut
kembali. "Panglima TNI juga menginstruksikan untuk segera menemukan siapa yang bertanggungjawab tehadap kegiatan
tersebut," kata Sjafrie.
Dengan adanya kejadian tersebut, OPM tidak boleh dipandang sebelah mata oleh TNI. Apalagi beberapa tahun terakhir ini OPM telah beberapa kali melancarkan serangannya baik kepada TNI maupun terhadap warga
sipil.
Ditegaskan oleh Kapuspen, walaupun terjadi penyerangan, Mabes TNI belum berencana menambah pasukan di Papua. (dna)
http://www.kompas.com/utama/news/0304/04/080041.htm
======================
Jumat, 04 April 2003, 15:54 WIB
OPM Rampas 29 Senjata dan 3500 Amunisi
-
Wapres: TNI Harus Dialog untuk Kasus Wamena
Jakarta, KCM
Wakil Presiden (Wapres) Hamzah Haz mengemukakan, selain melakukan penanganan secara represif untuk kasus perampasan puluhan senjata organik dari gudang senjata Kodim 1702 Wamena, Papua, aparat keamanan pun harus mengadakan dialog dengan rakyat setempat. Dialog ini diharapkan dapat mengungkap akar permasalahan dan keinginan dari rakyat Papua, utamanya setelah pemberlakukan otonomi khusus.
"Sebab bagaimana pun harus dilihat akar permasalahan, jadi tidak diselesaikan secara parsial. Lihat apa yang sebenarnya diinginkan, kan dulu sudah diberi daerah Papua dengan otonomi khusus. Jadi perlu juga dialog, bukan hanya mengatasi dengan yang bersifat kekerasan," ungkap Wapres usai ibadah sholat Jumat di Mesjid Assa’adatain, Ciganjur, Jakarta, Jumat (4/4).
Wapres memandang, diadakannya dialog, yang tidak hanya dilakukan oleh pihak sipil tapi juga militer dan Polri, akan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri masyarakat Papua mengenai penuntasan kasus ini. Selain itu langkah ini pun dapat membantu aparat keamanan untuk menegakkan kredibilitasnya. "Bukan hanya kalangan sipil, tapi juga kalangan TNI dan Polri yang harus lebih banyak melakukan dialog hingga dapat memberikan keyakinan adanya penanganan ini akan menimbulkan confidence dari masyarakat," tandas Hamzah.
Sementara, mengenai puluhan pucuk senjata yang hilang dan dikhawatirkan akan digukanan oleh OPM untuk melanjutkan aksinya, Wapres menyerahkan hal tersebut pada pucuk pimpinan TNI dan Polri. Ia berharap dalam sidang kabinet mendatang, baik Kapolri Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar maupun Panglima TNI Jenderal Endiartono Sutarto akan memberikan laporannya.
Penjelasan Pangdam
Pangdam XVII Trikora Mayjen TNI Nurdin Zainal mengatakan kelompok yang menyerang Kodim 1702 Jayawijaya, Jumat (4/4) dinihari, telah membunuh dua anggota Kodim, merampas 29 pucuk senjata api, dan 3500 butir amunisi.
"Mereka adalah kelompok separatis bersenjata yang menjadi musuh TNI, karena itu TNI akan terus mengejar mereka semaksimal mungkin," ujar Pangdam kepada Kantor Berita Antara di Wamena, Jumat (4/4) siang, sesaat setelah meninjau lokasi penyerangan di kompleks markas Kodim 1702 Jayawijaya, di Jalan Yos Sudarso, Wamena. Dalam peninjauan itu Pangdam didampingi Danrem 172 Kolonel (Inf) Agus Mulyadi, Asisten Intel Kolonel (Pal) Fx. Mardjono dan Asisten Operasi Kolonel (Inf) Sudirman K.
Untuk pengejaran itu dimobilisasi pasukan Kostrad 413 Solo yang saat ini berada di Wamena, didukung oleh sebuah pesawat helikopter jenis Bell yang ditarik dari Timika. "Kami akan mengejar dan menangkap mereka untuk bertanggung jawab atas segala tindakan mereka," tandas Nurdin.
Sumber Kantor Berita Antara di Kodim 1702 Jayawijaya mengatakan, senjata yang berhasil dirampas itu terdiri atas senjata SP1 sebanyak 13 pucuk berikut 1.500 butir amunisi, jenis M16 sebanyak 13 pucuk berikut 2000 butir amunisi, dan postil sebanyak 3 pucuk.
Barang bukti
Tak jauh dari lokasi penyerangan, pada Jumat sekitar pukul 07.00 WIT ditemukan sebuak noken (tas tradisional dari rajutan kulit kayu) berisi 110 butir peluru SP1, berikut kartu anggota laskar Papua Barat milik Mikael Murib, dan KTP milik, Nugagas Murib. KTP itu dikeluarkan di Distrik Tiom 6 Agustus 2002, serta sebuah kartu anggota lainnya milik, Alpius Murib, AMD, SE.
Selain itu juga ditemukan sebuah catatan nama sebanyak enam orang yang diduga merupakan nama anggota dari kelompok yang melakukan penyerangan tersebut. Sementara di dalam gudang senjata di sisi jenazah dari penyerang ditemukan sebilah parang dan linggis yang diduga digunakan untuk membongkar gudang senjata. Dari temuan barang bukti itu maka semakin memperkuat dugaan bahwa kelompok penyerang adalah kelompok Kelly Kwalik dan Titus Murib yang saat ini berada tak jauh dari Wamena.
Sementara itu, jenazah korban penyerangan dari anggota Kodim 1702 Jayawijaya yaitu Lettu A. Napitupulu, Pasi Teritorial dan Sertu Ruben Lena, penjaga Gudang Senjata, saat ini masih disemayamkan di Makodim 1702. Sedang korban dari kelompok penyerang yang hingga saat ini belum diketahui identitasnya telah dibawa oleh Polisi ke RSUD Wamena untuk diotopsi.
Menurut rencana jenazah Lettu A. Napitupulu, akan dimakamkan di Bantul Yogyakarta, sedang Sertu Ruben Lena akan dimakamkan di Nabire. Kedua jenazah korban akan dibawa dengan pesawat carteran Fokker 27 milik PT Trigana. Hingga saat ini situasi di Wamena tetap tenang, dan kegiatan di masyarakat berjalan lancar.(nik/glo)
http://www.kompas.com/utama/news/0304/04/050043.htm
----------------------------------------------------------------------------------------
Jumat, 04 April 2003, 14:55 WIB
Kapolri: Sudah Ada Indikasi Penyerangan Sejak Januari
Laporan : Lily Bertha Kartika
Jakarta, KCM
Kapolri Jenderal Pol Da’i Bachtiar mengatakan, berdasarkan informasi yang diterimanya dari Polda Papua, bahwa penyerangan yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan merampas senjata di gudang Kodim 1702 Wamena dinihari tadi sudah ada indikasinya sejak Januari lalu.
"Sepertinya ini dalam rangka mereka (OPM) mencari senjata dan dalam penyerangan itu ada beberapa senjata dibawa lari," ungkapnya kepada wartawan usai shalat Jumat di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (4/4).
Terkait dengan penyerangan tersebut, Polda Papua, menurut Da’i akan meningkatkan kewaspadaan pengamanan di wilayah setempat, namun sampai sejauh ini belum ada rencana penambahan personel Brimob.
Menurutnya, saat ini kekuatan Brimob yang ada di Papua sekitar satu SSK dan sisanya Brimob yang di-BKO-kan dari tempat lain. "Senjata yang hilang itu, yang saya dapat informasinya adalah beberapa senjata panjang dan senapan ringan, tetapi sampai saat ini yang kita ketahui, mereka (OPM) kan sembunyi dan berlari ke sana kemari di hutan-hutan. Yang jelas kita akan tingkatkan kewaspadaan dan berkoordinasi dengan TNI," ungkapnya. (ima)
http://www.kompas.com/utama/news/0304/04/035623.htm
--------------------------------------------------------------------------------
Jumat, 04 April 2003, 6:29 WIB
Kelompok Bersenjata Bongkar Gudang Senjata Makodim Jayawijaya
Jakarta, Jumat
Dua anggota Kodim 1702 Jayawijaya, Provinsi Papua dan seorang anggota kelompok penyerang bersenjata tewas dalam tembak-menembak di Makodim tersebut, Jumat (4/4) dini hari.
Komandan Kodim 1702 Jayawijaya, Letkol Inf Masrumsyah yang dihubungi pagi ini menjelaskan, peristiwa tersebut terjadi ketika aliran listrik di lingkungan Makodim padam dan seorang perwira piket sedang melakukan patroli di gudang senjata.
Pada saat perwira patroli memeriksa gudang, ia melihat gudang senjata sudah dibongkar oleh sekelompok orang dan sesaat kemudian terjadi tembak-menembak antara anggota Kodim dengan kelompok penyerang tersebut.
Dua anggota TNI yang meninggal adalah Letnan Satu Inf Napitupulu, Pasi Teritorial dan penjaga gudang senjata, serta Sertu Rubenlena. Napitupulu meninggal di Rumah Sakit Wamena, dan Rubenlena meninggal di tempat. Sementara kelompok penyerang yang tewas belum diketahui identitasnya. Menurut Dandim, kelompok penyerang diperkirakan berjumlah 10 orang. Jumlah senjata yang diperkirakan hilang atau diambil kelompok tersebut sebanyak 15 pucuk.
Atas kejadian tersebut, aparat kini sedang melakukan pengejaran, satu regu pasukan Kostrad 413/BM diturunkan untuk mengejar kelompok penyerang yang diduga melarikan diri ke arah barat menuju Danau Habema.
Kelompok penyerang diduga berasal dari kelompok GPK Titusmurib, keberadaan kelompok tersebut sudah diketahui dan diperkirakan bersembunyi di sekitar Danau Habema Wamena. "Regu lainnya yang sudah diturunkan untuk mengejar pelaku penyerangan tersebut, kini terus menyisir areal sekitar desa Waleji," ungkap Masrumsyah.
Menurut rencana, pagi ini Pangdam VII Trikora Mayjen TNI Nurdin Zainal akan tiba di Wamena untuk melihat dan meninjau Tempat Kejadian Perkara (TKP). (Ant/ima)
http://www.kompas.com/utama/news/0304/04/192957.htm
---------------------------------------------------------------------------
Jumat, 04 April 2003, 15:09 WIB
KSAD: OPM Harus Ditumpas
Laporan : Angelina Maria Donna
Jakarta, KCM
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu menyatakan, Organisasi Papua Merdeka OPM) harus segera ditumpas karena telah merugikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pernyataan KSAD tersebut dilontarkan menyusul penyerangan OPM ke Kodim 1702 Jayawijaya, Wamena, Papua, Jumat dinihari, yang mengakibatkan dua anggota TNI AD tewas. "Jadi gerakan itu harus ditumpas titik," ujarnya di Mabes TNI AD, Jakarta, Jumat (4/4).
Dalam penyerangan tersebut, kelompok OPM merampas 29 pucuk senjata yang terdiri atas 13 pucuk M-16, 13 pucuk SP-1, 3 pistol, serta ribuan amunisi.
Menurut KSAD, pihaknya akan terus melakukan pengejaran terhadap OPM dan mencari senjata yang telah dicrui sampai ketemu. Ketika ditanya apakah dirinya yakin pelaku berasal dari kelompok OPM, KSAD menegaskan, tidak diragukan lagi pelakunya adalah OPM, tetapi belum diketahui kelompoknya.
"Itulah Kopassus disuruh pulang, ngga ada Kopassus mereka merajalela lagi. Masak kita dicegat oleh bangsa sendiri, masak kita mau lihat tentara kita berguguran terus," demikian KSAD.(nik)
http://www.kompas.com/utama/news/0304/04/041054.htm
|