Dear All,

Bersama ini saya sampaikan kembali pernyataan yang saya tulis dengan bolpoint pada kantor Polres Jayapura kemarin, 22 November 2001 sekitar jam Lima sore hari, dihadapan Petugas Serse Polres Jayapura. Bukan ingin menjadi saksi atas pemukulan oleh Anggota Dalmas terhadap Anggota Demonstran yang paling belakang, tetapi pernyataan saya tentang aka yang saya lihat, dan kemudian memicu kemarahan saya, karena saya merasa kami orang Papua, terus menerus tertindas.

Kurang lebih sebagai berikut karena saya tidak sempat membuat fotocopinya, karena situasi dan kondisi tidak mengijinkan:

Saya dan anak-anak saya dengan mengendarai Kijang Merah DS-1987-A datang dari arah Entrop dengan melalui, jalan Pelabuhan, sesampainya kami di Pusat kota tepatnya setelah menyeberangi Jembatan Kali Anafre (samping Gereja Pentakosta), nampaklah masayang berdemonstrasi yang telah terkonsentrasi di Taman Imbi, dengan beberapa Wartawan di sana, dan tentu saja dengan dijaga ketat oleh Petugas Keamanan (Polisi: Polisi Lalu Lintas, DALMAS, dan juga Polisi-polisi tanpa seragam), dan nampaknya cukup terkendali dan damai, sejauh kami kemudian diarahkan oleh Petugas untuk mengambil jalur Jl. A. Yani. Saya membelokkan kendaraan pada Jl. Tembus Poliklinik Medika, sehingga kita harus sekali lagi kembali, ke Jl. Percetakan, karena tujuan kami adalah ke Toko Medan Jaya, maka kami harus sekali lagi mengitari jalur yang sama, sesampainya kami di Hotel Yasmin, kami telah dapat melihat bahwa massa telah bubar/dibubarkan??? dan mulai berjalan menaiki jembatan Anafre menuju lapangan x-terminal, sedangkan kami sudah berada di depan Kantor Pos, dan akan kembali ke arah datangnya massa, massa saya perkirakan dibawah 100 orang, karena jumlahnya tidak mempengaruh lalu-lalang kendaraan, karena hanya terhenti sebentar, setelah massa demo di giring ke arah tanjakan jalan Polimak. Kami telah berada ditempat dimana massa mulai berjalan naik ke arah polimak, sejauh ini menurut saya, masih baik-baik saja, karena tidak tampak adanya kekerasan, tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, karena sambil petugas DALMAS menggiring massa demo, merekapun berteriak-teriak sambil memukul-mukuli tameng mereka (mungkin dengan tujuan agar massa merasa takut dan berlarian, tetapi mungkin karena jalanan yang sangat menanjak membuat rombongan demo tersebut berjalan agak lamban, dan kami mulai menyaksikan bagaimana massa yang paling belakang dipuluki dengan kayu pentungan sepanjang tongkat pramuka (kira-kira), beberapa orang yang berjalan paling belakang yang dipukuli mulai kelihatan berjatuhan dan berdarah-darah, sementara rombongan demo tersebut terdorong dari belakang, dan mereka mulai berhamburan lari, sebagian dari mereka ada yang sudah terbaur dengan masyarakat yang sedang menunggu taxi di sana terdesak terus naik, mungkin ada massa yang melempar batu, tetapi kami sama sekali tidak adanya batu yang dilemparkan dan apa lagi benda-benda tajam, secara terbuka. Serta merta melihat pemandangan pemukulan yang menurut saya adalah sangat tidak manusiawi, karena massa demo sama sekali tidak melakukan/menunjukkan perlawanan, timbul perasaan amarah dalam diri saya dan selaku orang Papua yang menyaksikan pemukulan seperti itu dari jarak kurang lebih 50mtr. saya kemudian berteriak dari dalam mobil "Ini bagaimana ini...!!!! kalau sudah usir yach.. usir saja...!!!!, mengapa sudah usir baru kamu pukul-pukul lagi..!!" Lalu karena Polisi telah menginstruksikan untuk jalan, lalu kami jalan, dan saya membelokkan mobil ke arah jalan A. Yani. sesampai di depan Danamon saya menghentik Dan mobil karena menerima telpon, tetapi karena Polisi kemudian memanggil kami untuk segera memasukkan kendaraan ke Polres, maka kami masuk ke Polres.

Di Polres, kami diperintahkan turun, dengan nada yang sangat tidak bersahabat, dan mulai memeriksa kendaraan, sehingga saya mengatakan kepada mereka bahwa kendaraan saya tidak ada senjata tajam ataupun api (nyatanya belanjaan kami diperiksa dan di obok-obok setelah kami kembali ke mobil), dan mengapa kami harus diperiksa, itu pertanyaan saya. Setelah turun dari mobil saya mengumpulkan ke empat anak saya dan seorang adik rapat ke saya, karena saya khawatir mereka akan melakukan pemukulan. Tetapi tidak, kita memang sempat bertengkar, dan kemudian kami ber-6 dibawa oleh seorang Polisi orang Papua, dan kemudian petugas inilah yang mulai menanyai kami tentang mengapa sampai kami diarahkan masuk ke Polres, lalu, saya menjelaskan kepadanya, seperti yang telah saya tulikan di atas. Sementara kami berbicara, kurang lebih 1/2 jam masuklah petugas dengan beberapa orang-orang yang mereka tangkapi, dan sambil menurunkannya mereka masih juga melakukan pemukulan. Sehingga dari kursi dimana saya duduk, saya kemudian berteriak agar mereka tidak melakukan pemukulan, ada sekira 3 kal mereka menurunkan orang-orang yang mereka tangkapi, dan jumlahnya berkisar antara 20-30 orang baik laki-laki, dan ada beberapa perempuan, dan anak perempuan tanggung/remaja yang dapat saya kenal. Kami kemudian diminta untuk menuju ke ruangan Kasat Serse. Di ruangan ini kami ditanyai beberapa polisi yang masuk silih berganti ada yang bertanya dengan sopan sampai kepada bernada mengancam dan menuduh.

Sampai akhirnya saya memutuskan untuk meluruskan persoalan dengan membuat pernyataan bahwa kami bukan salah satu dari para demonstran, tetapi saya menegur, karena melihat terjadinya pemukulan dengan saya menulis sendiri pernyataan tersebut diatas kertas hvs ukuran 11X14 (folio) dengan tinda keras berwarna biru yang saya tandatangani sehubungan dengan pernyataan salah seorang petugas yang menanyakan kembali apakah identitas yang telah saya berikan itu benar, apakah ada nomor telpon, saya katakan ada, dan kemudian ybs melanjutkan, "jika ibu dibutuhkan kami akan menelpon, syukur-syukur kalau ibu tidak ditelpon", kata-kata inilah yang membuat saya kemudian kembali bertanya, masalah saya sebenarnya apa, dan saya ingin untuk diselesaikan hari ini juga, maka saya memutuskan untuk membuat pernyataan tentang apa yang terjadi sebelum kami diarahkan ke Polres. Sampai akhirnya kami baru diijinkan pulang sekitar jam 17:30, dan sementara kami berjalan di halaman polres menuju kendaraan kami. Saya sempat melihat sekurang-kurangnya 2 orang wartawan yang sedang mewawancarai Petinggi Polres Jayapura.

Satu hal yang sebenarnya perlu sekali mendapat perhatian semua pihak, pada situasi seperti ini adalah Keprofesionalan diri, dengan tentu saja menghayati bidang pekerjaan masing-masing, untuk dapat melakukan penekanan emosi untuk menunjukkan profesionalitas diri.

Menurut pendapat saya, kalau memang pada akhirnya anggota atau pimpinan rombongan demo tersebut akan diamankan adalah lebih baik mereka digiring langsung dari Taman Imbi tanpa kekerasan ke Polres dan dilakukan pembinaan tentang Aturan Berdemo, karena menurut Polisi pendemo hari ini tidak pernah memasukkan surat pemberitahuan demo.