Senin, 9/10/2000 12:47 WIB
Tragedi Wamena Akibat Dualisme Pemerintah Pusat
Reporter: Hestiana Dahrmastuti, Rizal Maslan
detikcom - Jakarta, Tragedi Wamena disebabkan dualisme pemerintah pusat.
Presiden Gur Dur memperbolehkan pengibaran bendera Bintang Kejora. Sementara,
briefing kapolri dan kapolda atas persetujuan Wapres Megawati,
memerintahkan operasi penurunan Bendera Bintang Kejora.
Demikian diungkapkan Drs. Willy Mandowen selaku mediator Presidium Dewan Papua
di Hotel Indonesia, Jl. Thamrin, Jakarta, Senin(9/10/2000).
"Dewan Presidium Papua menyesalkan dualisme pemerintah pusat sehingga
menimbulkan konflik berdarah di Wamena. Gus Dur melalui Marsilam mengumumkan
memperbolehkan pengibaran Bendera Bintang Kejora asalkan tidak lebih tinggi dan
lebih besar," jelas Willy.
Namun, tambah Willy, "pernyataan Gus Dur berlawanan dengan hasil briefing
pihak kepolisian. Berdasarkan briefing kapolda Irian Jaya dan kapolri atas
persetujuan Mega, memerintahkan kapolres Jayawijaya menggelar operasi
penurunan Bendera Bintang Kejora yang dikibarkan Jumat (6/10/2000) pagi,"
kata Willy.
Menurut Willy, "Presidium Papua berpegang pada pernyataan presiden. Kami
presidium menuruti perintah presiden, bukan kapolri. Ini dualisme yang
menghasilkan 58 jiwa tewas dan sejumlah orang mengalami luka-luka," sesal
Willy.
Dikatakan Willy, "presidium tidak akan menghentikan perjuangannya. Jangan
berpikir perjuangan kami terhenti dengan penurunan bendera itu. Ada masalah
substansial soal sejarah dan hukum yang harus diselesaikan," kata Willy.
Selanjutnya, presidium mendesak pemerintah pusat menggelar rapat polsoskam.
"Pemerintah pusat harus menggelar rapat kabinet bidang polsoskam yang
menghadirkan muspida propinsi Papua dan Presidium Dewan Papua. Rapat itu
untuk membahas soal pengibaran Bendera Bintang Kejora dan meminta Papua
ditetapkan seabagai zona damai," papar Willy.(rif)
Senin, 9/10/2000 09:23 WIB
Buntut Insiden Wamena, 2.000 Warga Demo Rumah Theys
Reporter: Nurul Hidayati
detikcom - Jakarta, Insiden Wamena-Irian Jaya masih juga berbuntut. Sekitar
2.000-an warga Irian Jaya turun gunung dan berdemo di kediaman Ketua Dewan
Presidium Papua, Theys Hiyo Eluay. Mereka mendesak agar Theys cs tidak berangkat
ke Jakarta, Senin (9/10/2000).
Ribuan massa Irian Jaya atau biasa disebut Papua Barat itu adalah masyarakat
pegunungan Jayawijaya. Mereka turun gunung menemui Theys di Jayapura. Pada pukul
09.15 WIB, massa masih terus bertambah. Tampak juga Bupati Jayawijaya David Hubi.
David Hubi banyak mendapat sorakan massa karena pidatonya tidak mampu
mendinginkan tuntutan massa.
Menurut Pendeta Herman Awom, salah satu anggota Dewan Presidium Papua, ribuan
massa itu membawa poster-poster berisi tuntutan penanganan insiden Wamena yang
menewaskan puluhan warga. Pengakuan Herman Awom disampaikan dalam talkshow
Jakarta Pagi Ini yang disiarkan RRI Pro 2 Jakarta, pukul 08.00-09.00 WIB.
Insiden Wamena mencuat pada, Jumat 6 Oktober 2000 lalu. Insiden itu bermula dari
upaya aparat keamanan menurunkan bendera Bintang Kejora di Wamena. Tindakan
aparat itu memicu kemarahan warga. Warga setempat lantas melakukan penyerangan
pada aparat dan warga pendatang.
Ada beberapa versi berapa korban tewas akibat bentrokan itu. Presidium Papua
Merdeka menyebut 27 orang tewas. Pemda Irian Jaya menyebut 28 orang, sedang
sumber lain menyebutkan 30 orang tewas. Sebanyak 59 orang ditangkap dengan
tuduhan otak kerusuhan.
Pendeta Herman Amom juga membacakan 7 tuntutan ribuan massa yang ngeluruk ke
rumah Theys. Ke-7 tuntutan itu adalah:
1. Presidium Papua tidak boleh pergi ke Jakarta sebelum menyikapi dan
menyelesaikan kasus Wamena berdarah 6 Oktober 2000.
2. Presidium Papua menyampaikan tuntutan masyarakat koteka yang selama ini jadi
alat permainan elit apakah memperjuangkan merdeka, otonomi, atau federasi.
3. Presidium Papua segera mengundang Presiden Abdurrahman Wahid untuk langsung
turun ke Papua dan mengintruksikan secara langsung dari bibir beliau untuk
menurunkan bendera Bintang Kejora sekalian alasan hukum dan politiknya.
4. Menuntut janji sebagaimana hasil dialog antara DPRD dan Presideum Papua pada
15 Agustus lalu dalam hal nama Papua bendera Bintang Kejora. Disebutkan, Bintang
Kejora takkan diturunkan dari Papua.
6. Mendesak Panglima TNI dan Polri melalui Presidium Papua untuk melucuti
senjata aparat TNI/Polri dan Satgas Merah Putih di seluruh Papua.
7. Masyarakat koteka melarang show kekuatan di wilayah Jayawijaya.
Jadwal di Istana Negara sendiri menyebutkan, sekitar pukul 13.00 WIB, Presiden
Gus Dur akan melakukan pertemuan dengan tokoh Papua dalam hal ini Theys cs. Kini,
warga melarang keberangkatan Theys cs tersebut.
Namun Pendeta Herman Awom menyatakan, Theys dan rombongan akan tetap terbang ke
Jakarta hari ini. "Kami harus berangkat. Tidak ada opsi lain. Kita akan
fokus pada bendera," demikian Herman Awom. (nur)
=====================================================
Radio Nederland Siaran Bahasa Indonesia
Hilversum, Senin 09 Oktober 2000 05:30 WIB
a.. Wamena Masih Tegang Menyusul Insiden Bendera
Wamena Masih Tegang Menyusul Insiden Bendera
Kota Wamena, Irian Jaya, masih tegang
menyusul insiden penurunan bendera Bintang Kejora Jumat lalu dan kemarahan
rakyat terhadap para aparat berwajib dan penduduk pendatang Sabtu kemarin.
Jumlah korban tewas belum dapat dipastikan. Menurut siaran pers terbaru Gubernur
Irian jaya Ahad ini, sebanyak 28 korban menemui ajal, kebanyakan diantaranya
adalah warga pendatang. Menurut laporan-laporan lain, 68 orang dirawat di rumah
sakit Wamena, 19 diantaranya adalah anak anak dan wanita, sementara 22 penduduk
setempat mengalami luka tembak. Polisi telah menahan 59 orang anggota kelompok
Satgas Papua Merdeka, 43 diantaranya telah dilepas,
sedangkan 14 lainnya diduga terlibat langsung insiden. Menyusul penahanan tsb,
kelompok Satgas tsb mensandera 20 warga pendatang.
Insiden bermula dari pemaksaan
penurunan bendera Bintang Kejora oleh aparat polisi. Satgas Papua Merdeka dan
rakyat kemudian marah dan memadati pusat kota dan mengobrak abrik rumah para
pendatang. Menurut
polisi, penaikan bendera Papua Merdeka oleh Satgas tsb tidak sah. Sebaliknya,
Ketua Dewan Papua Theys Aluay kepada Radio Nederland mengatakan, masalah bendera
baru akan diputuskan dalam pembicaraan antara Presidium
Dewan Papua dan Menkopolsoskam Yudhoyono di Jakarta Senin esok. Untuk sementara
Bintang Kejora boleh dikibarkan di satu tempat di setiap kabupaten. Demikian
Theys Aluay.
=========================================