Date: Tue, 10 Oct 2000 21:52:14 -0600 (MDT)
Subject: KABAR-IRIAN: [ID] KASUS WAMENA BERDARAH BUKAN SALAH PRESIDEN
NASIONAL
- ----------------------------------------------------------------------------
KASUS WAMENA BERDARAH BUKAN SALAH PRESIDEN
Tuesday, October 10, 2000/1:43:40 PM
Jayapura, 10/10 (ANTARA) - Pihak Gereja Kristen Injili (GKI) Irian Jaya menilai,
kasus Wamena berdarah yang telah menelan korban 30 jiwa penduduk bukan merupakan
kesalahan Presiden Abdulrrahman Wahid, walaupun Kepala Negara mengijinkan
pengibaran bendera Papua "Bintang Kejora".
Ketua Sinode GKI Irja, pendeta Herman Saud STh mengatakan di Jayapura, Selasa,
kasus berdarah tanggal 6 Oktober di Wamena, ibukota kabupaten Jayawijaya yang
timbul akibat penurunan bendera Bintang Kejora oleh aparat kepolisian itu murni
kesalahan Presidium Dewan Papua (PDP) yang dipimpin Theys Hiyo Eluay, sebab
sebelum Presiden memberikan ijin Bintang Kejora telah berkibar dimana-mana atas
perintah PDP.
Agar bendera tidak diturunkan aparat keamanan, Eluay menghadap Presiden, dan
dengan berbagai dalih merayu Presiden akhirnya Presiden memberikan ijin bagi
pengibaran bendera yang sudah berkibar.
"Eluay memang lihai karena dengan mengatas-namakan penduduk ia berhasil
mempengaruhi Presiden hingga memberikan ijin, yang akhirnya menimbulkan berbagai
kritikan terhadap pribadi Presiden," katanya.
Ia mengatakan, Eluay juga yang memerintahkan Satgas Papua mengibarkan bendera
Bintang Kejora di seluruh pelosok Irian Jaya. Karena itu Eluay harus bertanggung
jawab atas korban jiwa dan harta benda yang timbul akibat
kebrutalan Satgas Papua.
Ketua Sinode GKI, gereja dengan jemaat paling banyak di Irja itu selanjutnya
mengatakan memang Presiden tidak konsisten, karena sering mengeluarkan
pernyataan politik yang kontroversil seperti mengijinkan nama Irian Jaya
diganti dengan Papua dan ijin pengibaran bendera.
"Walaupun begitu Presiden tidak perlu disalahkan, sebab yang sangat
berperan dalam kegiatan melepaskan Irja dari lingkungan negara kesatuan RI dan
yang paling berperan menimbulkan semangat masyarakat menuntut kemerdekaan Papua
Barat adalah Presidium Dewan Papua pimpinan Theys Eluay," kata Saud.
Ia mengatakan, karena dari kejadian itu telah menimbulkan korban jiwa, maka
pihak gereja menghimbau masyarakat agar tidak mengibarkan bendera.
"Tapi suara gereja kalah dengan suara Theys Eluay hingga warga Irian Jaya
termasuk warga GKI ikut-ikutan mengibarkan bendera Bintang Kejora. Akibatnya
jatuh korban dimana-mana seperti di Sorong, Manokwari, Nabire dan paling akhir
di Wamena," tambahnya.
Kesalahan Polisi
Ketika ditanya secara terpisah Theys Eluay mengatakan pihak kepolisian harus
bertanggung jawab atas kasus penurunan bendera di Wamena yang menyebabkan
puluhan penduduk meninggal dunia.
"Sebab sesuai kesepakatan antara Muspida Irian Jaya dengan PDP pada
pertemuan tanggal 3 Oktober, penurunan bendera Bintang Kejora di seluruh Irian
Jaya diundurkan hingga tanggal 19 Oktober.
Tapi tanpa mengindahkan putusan yang sudah diambil oleh pimpinan wilayah
termasuk Kapolda, polisi bertindak ceroboh menurunkan bendera. Karena itu pihak
kepolisian jelas bersalah dan harus bertanggung jawab," katanya.
Secara moral mungkin PDP salah, tapi secara fisik Polres salah. Jadi tuduhan
bahwa PDP bersalah dan harus bertanggung jawab sangat keliru, kata Theys Hiyo
Eluay.
Wartawan ANTARA dari Wamena melaporkan, kondisi keamaman di kota itu sudah pulih
setelah pihak kepolisian berhasil menahan puluhan penduduk yang diduga menjadi
otak kerusuhan. (U.JPR02/JPR01/B/RND01/10/10/:0 13:32)