>Selasa, 14 November 2000TNI Tidak Tolerir Pemisahan Irian Jaya * Mayjen Tony A Rompis, Pangdam Trikora
Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak akan mentolerir setiap upaya pemisahan Irian Jaya dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Semua komponen masyarakat seyogianya melihat permasalahan sesungguhnya di Irian Jaya, dan bersedia berdialog mencari jalan keluar. Jangan ada kelompok masyarakat berbicara atas nama rakyat demi kepentingan pribadi.Demikian Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Endriartono Sutarto usai serah terima jabatan Panglima Kodam XVII Trikora dari Mayjen Albert Inkiriwang kepada Mayjen Tonny A Rompis. Inkiriwang akan bertugas di Lembaga Ketahanan Nasional, sedang Rompis sebelumnya Wakil Komandan Komando Pendidikan dan Latihan TNI AD. Menurut KSAD, sikap TNI terhadap upaya pengibaran bendera bintang kejora termasuk rencana pengibaran 1 Desember 2000, TNI dapat mentolerir selama tidak keluar dari koridor hukum. Tetapi, jika dalam pengibaran bendera bintang kejora itu ada upaya-upaya dari kelompok tertentu dengan mengatasnamakan rakyat untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan RI, maka TNI tidak mentolerir sama sekali. "TNI adalah prajurit rakyat, pelindung dan pengayom rakyat. TNI tidak mentolerir setiap bentuk dan tindakan oleh kelompok masyarakat tertentu yang mengatasnamakan rakyat untuk mengganggu keutuhan bangsa," kata Sutarto. Penyebab utama berbagai persoalan di Irja sampai ada aspirasi merdeka lahir itu apa. Setelah mengetahui penyebabnya, kita semua bekerja sama untuk mencari jalan keluarnya tanpa ada yang harus menang sendiri untuk menyelesaikan penyebab yang ada. Kalau kita masing-masing mau katakan kita paling benar dan orang lain yang salah, maka permasalahan itu tidak akan selesai. Pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, dan TNI masing-masing melihat segala kekurangan selama ini. Kekurangan itu harus dicermati sedalam mungkin secara jujur. Apa masalah sesungguhnya di Irja ini. Kita perlu duduk bersama mencari persoalan di lapangan. Apakah karena kebijakan pemda yang belum pas, apa kebijaksanaan aparat keamanan yang belum menyentuh hati rakyat. Korban sering berjatuhan di pihak masyarakat yang tidak tahu persoalan. Para korban ini kemudian melahirkan pertanyaan, mengapa mereka harus jadi korban, mengapa sasaran pada rakyat kecil, mengapa anak, istri, dan suami saya harus mati dan seterusnya. Ada kelompok masyarakat tertentu mengatakan, berjuang untuk rakyat kita juga berjuang untuk rakyat. Tetapi, pada akhirnya rakyat yang menjadi korban. Mana yang betul. Banyak persoalan di Irja yang perlu diselesaikan bersama-sama. Semua komponen masyarakat yang ada agar melihat persoalan secara jernih dan jangan saling melempar kesalahan. Mengenai lobi-lobi internasional yang dilakukan Presidium Dewan Papua (PDP), menurut KSAD, karena ada persoalan di Irja yang oleh mereka nilai belum pas. Tetapi, apakah dengan cara melobi ke internasional dapat menyelesaikan persoalan, sementara persoalan itu ada di dalam negeri. "Apakah tidak ada cara yang jauh lebih baik dari pada dengan cara melobi ke luar negeri untuk minta merdeka. Kalau misalnya tidak ada komunikasi dan dialog antara pemerintah pusat dengan daerah, perlu dicari jalan keluar secara wajar," ujarnya. Potensi SDA Dalam pengarahannya, Jenderal Sutarto mengatakan, Kodam XVII Trikora merupakan kompartemen strategis dengan wilayah tanggung jawab yang paling luas, dan memiliki ciri geografis yang khas dengan potensi sumber daya alam (SDA) dan kekayaan laut yang besar. Potensi itu jika dikelola secara efisien dan efektif, dapat memberi sumbangan besar bagi terciptanya masyarakat sejahtera di daerah ini sekaligus memberi sumbangan bagi stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat. Kodam Trikora hendaknya mampu mengaktualisasikan diri untuk bersama-sama komponen masyarakat menyelesaikan setiap permasalahan yang ada melalui pendekatan persuasif-edukatif. Kondisi perekonomian masyarakat makin terpuruk, sensitivitas masyarakat terutama berhubungan dengan masalah suku, agama, dan antargolongan di dalam masyarakat terus meningkat. Ini dapat terjadi karena sikap toleransi dari semua komponen masyarakat semakin berkurang. Dalam rangka ini kemanunggalan TNI Rakyat jangan lagi menjadi slogan semata, tetapi harus tercermin dalam sikap dan perbuatan di tengah masyarakat. Masyarakat harus benar-benar merasa dilindungi dan dibantu oleh TNI. Sementara itu, hari Sabtu pekan lalu Mayjen Albert Inkiriwang dikukuhkan oleh lembaga adat Jayapura sebagai flayum, panglima perang Irian Jaya. Inkiriwang dinilai berhasil menciptakan suasana aman dan tertib selama kurang dari satu tahun bertugas di daerah itu. Pengukuhan itu dilakukan oleh Ketua Lembaga Musyarawah Adat (LMA) Jayapura Theys Hiyo Eluai di kediamannya di Sentani Jayapura. Pengukuhan serupa dilakukan oleh 13 distrik LMA di Irian Jaya selama satu pekan terakhir saat Inkiriwang mengunjungi kabupaten dan tokoh masyarakat setempat untuk berpamitan. (kor) |