Surat Khabar Harian Cenderawasih Pos Kamis 24 Januari 2000
Kapendam kembali berikan klarifikasi penembakan di Bonggo
Jayapura-Terkait dengan peristiwa penembakan yang terjadi di Bonngo (satu tewas dan satu lagi dirawat) Senin lalu, kemarin (Rabu) Kapendam XVII/Trikora Mayor CAJ GT Situmorang kembali memberikan klarifikasi. Menurut Situmorang, peristiwa itu terjadi bukan karena anggota Satgas Tribuana (Kopassus) berulah, tapi ketika itu bertugas demi negara dalam rangka melakukan penggerebekan terhadap kelompok separatis. Tidak benar kalau Satgas Tribuana itu dikatakan berulah. Dan bahasa itu tidak etis. Sebab mereka itu dalam rangka menjalankan tugas negara, “ kata Kapendam yang secara khusus mendatangi Redaksi Cenderwasih Pos didampingi salah satu stafnya, tadi malam. Dikatakan enjalankan tugas untuk menggerebek kelompok separatis pimpinan Marthinus Mawarem (luka tembak), baca Cenderawasih Pos edisi Rabu.
Sementara itu salah satu korban yang ditembak dibgian kakinya dan kini sedang menjalani perawatan di RS Marthen Indey, hingga kemarin belum diizinkan untuk memberikan keterangan kepada pers. Ketika Cenderawasih Pos dilarang oleh perawat yang menjaga korban. Cenderawasih Pos kemarin memang berniat membesuk sekaligus menanyakan hal yang sebenarnya terjadi. Salah seorang korban penembakan oleh Oknum Kopassus di Bonggo itu bernama Marthinus Maware. Tapi sayang, tentang bagaimana kondisi korban, hingga berita ini diturunkan masih belum jelas. Pasalnya saat Cenderawasih Pos yang menjenguknya di RS Marten Indey Rabu (23/1) pukul 05.15 kemarin, oleh perawat yang jaga tidak boleh ditemui. Bahkan ketika Cenderawasih Pos minta untuk sekedar melihat dari jauh, oleh perawat jaga sama sekali tidak diperbolehkan.
Dikatakan oleh perawat yang bernama Kasmini yang didampingi beberapa orang perawat laki-laki saat temui Cenderawasih Pos, bahwa untuk menemui korban harus minta izin Komandan Satgas Tribuana. “Tunggu dulu kita telepon ke
Kopassus (Tribuana) di Hamadi, apakah diizinkan atau tidak. Nanti setelah ada jawaban dari sana dan diizinkan baru mas bisa menemuinya, “ujarnya. Setelah sekitar lima menit menunggu, jawaban yang ditunggu datang, yakni untuk sementara korban tidak dapat ditemui. “Setelah kami telepon kesana (Kopassus) korban saat ini belum diizinkan untuk ditemui. Mungkin dua atau tiga hari lagi, “ungkapnya.
Karena tidak berhasil menemui bahkan melihatpun tidak diperbolehkan, kemudian Cenderawasih Pos berpamitan sambil mengucapkan terima kasih. Sementara itu, Dansatgas Tribuana/Kopassus Letkol Infanteri Hartomo, yang dihubngi Cenderawasih Pos tadi malam menyatakan bahwa apa yang diungkap Kapendam diberita Cenderawasih Pos edisi Rabu(23/1) itu sudah benar. “Apa yang di beritakan sesuai yang diungkapkan Kapendam itu benar. Lagi pula laporannya sudah ada di Kepolisian, “katanya singkat.
LAPORAN POLISI
Laporan tentang kasus penembakan yang menelan korban dua orang tersebut memang benar sudah masuk ke Kepolisian, dalam hal ini Polda Irja. Kadispen Polda Irja Kompol Drs Janer HR Pasaribu melalui Kasi Produklit Dispen Polda Irja AKP Parmin saat ditemui Cenderawasih Pos diruang kerjanya menagatakan dari laporan yang masuk, bahwa peristiwa tersebut berawal dari kepemilikan korban Martinus Maware yang diketahui memilik senjata api. “Peristiwa penembakan di Bonggo tersebut terjadi hari Senin (21/1) sekitar pukul 13.00 Wit. Sebagai tersangka (Pelaku) dalam kasus ini adalah oknum satgas Tribuana, dan korbannya ada dua orang, yakni Lucia Iba (27) meninggal dunia karena tertembak bagian dadanya dan Marthinus Maware tertembak kakinya, “ungkapnya kepada Cenderawasih Pos Rabu (23/1) kemarin. Tentang Modusnya, AKP Parmin mengatakan, berdasarkan laporan yang masuk, peristiwanya berawal dari Marthinus Maware yang mempunyai senapan angin, dan dilaporkan oleh masyarakat ke Pos Satgas Tribuana/Kopassus setempat.
Laporan masyarakat tersebut mengatakan bahwa Marthinus Maware memiliki senjata api rakitan. Kemudian dari Satgas Tribuana mengecek kebenarannya di PT Wapoga Mutiara Timber. Setelah bertemu Marthinus Maware hendak dibawa ke Pos Satgas Tribuana. Namun korban tidak bersedia sehingga korban dianiaya oleh oknum Satgas Tribuana tadi. Masih berdasarkan laporan yang ada, kata Parmin, setelah itu korban melarikan diri ke PT Wapoga Mutiara Timber(WMT), sehingga tersangka mengeluarkan tembakan ke arah Marthinus Maware dan mengenai kakinya. “Pada saat yang bersamaan, Luciana Iba yang bekerja di PT.WMT keluar dari rumahnya menuju kantor PT.WMT. Dan tidak disangka, lucia Iba juga terkena tembakan pada bagian dada yang kemudian meninggal dunia, “ungkap AKP Parmin.(mad/wil/jko)
|
|
Surat Khabar Harian Papua Post Kamis,24 Januari 2002
Jakarta-kepala kepolisian Republik Indonesia (Polri) Jendral polisi Dai’ Bachtiar menolak keterlibatan luar untuk duduk di komisi penyelidikan Nasional
(KPN) dalam kasus pembunuhan ketua Presedium Dewan Papua (PDP) Theys H
Eluay. Termasuk usulan melibatkan tokoh-tokoh PDP. “Keikutsertaan pihak luar dalam proses penyidik ini
belum, kita terima, “ujar kapolri kepada pers usai Rrapat Koordinasi Bidang Politik dan Keamanan
(Polkam) di Jakarta , Selasa (21/1). Menurut Dai’ KPN akan segera di bentuk dalam waktu
dekat. Dan disahkan lewat keputusan Presiden (keppres) yang akan ditandatangani Presiden Megawati
Sukarnoputri. KPN bertugas membantu penyelidikan yang dilakukan oleh Polda Irian Jaya di dukung Mabes Polri dan TNI AD.
Penyidikan, menurut Dai’ hingga kini masih berlangsung. sementara, situasi keamanan di Papua menurut laporan yang diterima kapolri sudah berangsur
membaik. Situasi disana sudah menunjukan adanya gejola massa yang melakukan penyeranga-penyerangan terhadap kesatuan TNI dan
Polri.
MASALAH POLITIK
Kebahumas Mabes Polri Irjen Pol Saleh Saf tidak bersedia berkomentar tentang rencana kedatangan tim penyidik PBB untuk kasus kematian ketua Dewan Presidium
papua( PDP) Theys H Eluay. Saya tidak mau komentar, lebih baik tanya pada Menlu atau Menko
Polkam, :kata saleh di Mabes Polri Jakarta, Selasa (22/1) siang. Setelah
menjelaskan, pada dasarnya polisi tidak keberatan terhadap kehadiran tim penyidik dari
manapun. Karena mereka justru membantu tugas polisi. Namun kali ini yang datang dari
PBB, sehingga muncul masah harga diri bangsa. “Apakah pemerintah Indonesia akan tersinggung atau
tidak, itu masalah politik. Yang berhak menjawabnya adalah orang-orang
politik, “kata dia. Saleh menambahkan, sampai saat ini polisi masih terus melakukan penyelidikan tentang kasus pembunuhan
Theys. Sebelum Kapolda Papua, Irjan Pol Made Mangku pastika mengatakan, polisi telah
mentok. Penyedikan lebih lanjut tidak akan menghasilkan suatu sigifikan. Saleh menbantu pernyataan tersebut . “Polisi tidak pernah
mentok, “ kata dia. Hingga saat ini, kata dia, polisi masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap kasus
itu. (tmp)
|