4 |
South China Morning Post
Monday, February 25, 2002- INDONESIA
Team begins Theys murder probe |
4 |
Politik Amnesia dalam Kasus Theys,
12 Feb 02 |
4 |
SKH CePos, 11 Februari 2002
Jangan Ragukan KPN ! Solossa: Ini keputusan
Presiden, siapapun harus tunduk, Jayapura |
4 |
David
Andrews on Re- examination of WP History
Wednesday, 20th February, 2002 |
4 |
JAKARTA, December 29 (Xinhuanet) -- Indonesian President Megawati Soekarnoputri Saturday said the Army should stand in the front lines |
4 |
JAKARTA, December 29 (Xinhuanet) -- Indonesian President Megawati Soekarnoputri Saturday said the Army should stand in the front lines |
4 |
Pembunuh Theys di Saku Mega |
4 |
Thaha : Mustahil Megawati tidak Tahu
(Thaha Al Hamid, Sekjen Presidium Dewan Papua (PDP)) |
4 |
|
4 |
|
|
|
|
Cepos, 25 Februari 2002.
SELAMA bermaiyah keliling dengan teman-teman Kiai Kanjeng lebih dari 60 kali sampai hari ini, tidak sengaja setiap kali saya menuliskan semacam narasi. Ada yang bersifat analisis, ungkapan budaya, dan kemanusiaan biasa. Ada yang religius dan sufistik. Ada yang menggali pemikiran kenegarawanan untuk bersama menemukan penyakit-penyakit nasional kita beserta tawaran solusinya.
Ada yang agak filosofis atau puitis. Ada yang mencerminkan pemikiran komunistik dan sosialistik model saya sendiri. Ada yang sekadar kata-kata mutiara untuk merenungi salah satu rangkaian penyakit sosial kita. Umpamanya, kebodohan yang bergabung dengan kemalasan dan berkomposisi dengan keangkuhan.
Kita ini orang makin goblok, dan namanya juga orang goblok, pasti punya lima ciri. Pertama, tidak mengerti bahwa kita goblok. Kedua, tidak mau mengerti bahwa kita goblok. Ketiga, tidak punya bahan untuk mengakui bahwa kita goblok. Keempat, seandainya pun mulai punya pemahaman bahwa kita goblok, kita tidak punya mental dan kejantanan untuk mengakui bahwa kita goblok. Kelima, karena gobloknya bareng-bareng, yang paling enak adalah bekerja sama untuk saling menutupi kegoblokan.
Alhasil, teks maiyah keliling kami itu terhimpun cukup banyak. Belajar dari wacana ilmu penataan sosial model Muhajirin-Anshornya Nabi Muhammad SAW. Tapi, yang mengetahui teks itu, ya, hanya yang ikut maiyah. Tidak tersebar di media massa, karena tulisan saya semakin lama semakin tidak laku. Sebab, kualitasnya juga makin lama makin menurun. Maklumlah, usia saya makin uzur, kecerdasan saya menurun, belum lagi mulai terasa makin pikun pula.
Cuma terkadang saya cemas memandang tetangga saya yang bernama Indonesia Raya ini. Seandainya benar tahun ini, misalnya sekitar Agustus, terjadi pelepasan Irian Jaya alias Papua Barat dari Negara Kesatuan Indonesia Raya, kemudian pelepasan Megawati Soekarnoputri dari kursi kepresidenan, keduanya bisa berkaitan secara kausalitif, atau bisa juga berlangsung dan berdiri sendiri-sendiri.
Tahun 74-75 kita diperintah oleh Juragan untuk merebut Timor Timur demi komitmen regional membentengi negeri ini dari komunisme internasional. Dan sebagai budak, kita -Soeharto waktu itu- sami'na wa atho'na. Beberapa puluh tahun kemudian, untuk keperluan yang berbeda dari Paduka Juragan yang sama, kita disuruh melepaskannya -Habibie melakukannya.
Di belakang layar kita disuruh merampok Timtim, dan di atas panggung Juragan mengutuk kita. Demikian juga tatkala di belakang panggung kita diperintah untuk melepas Timtim, di mata dunia kita dilaknat. Habibie yang ketiban sial. Kalau dia mempertahankan Timtim, dia akan dikutuk sebagai anti-HAM. Kalau dia taat melepas Timtim, dia dilaknat sebagai pengkhianat nasionalisme Indonesia.
Salah satu kemungkinan antara Megawati dan Irian Jaya (Papua) di atas bisa juga terjadi. Penyebaran opini tentang Irian Jaya menuju pelepasannya nanti bisa merebak, dan Mega bukan orang yang tangkas untuk bermain silat semacam itu. Akhir-akhir ini beliau malah direpotkan oleh pernyataan-pernyataan lisan beliau di luar teks. Misalnya, soal keranjang sampah.
Mega jangan mengulangi kesalahan saya. 'Keranjang Sampah' itu judul rubrik tulisan saya beberapa tahun lalu di sebuah koran harian ibu kota, juga judul salah satu buku saya. Judul itu dikabulkan oleh Tuhan sehingga sekarang saya menjadi sampah. Itu pun belum tentu ada keranjangnya. Mestinya Mega memanggil tokoh muda, misalnya Rizal Mallarangeng, adiknya Andi, untuk menjadi pendamping intelektualnya, pengonsep bicaranya, dan penulis pidatonya. Semua presiden negeri ini berakhir dengan dijadikan sampah. Jadi, kalau bisa, Mega jangan. (emha ainun nadjib)
-----------------------------------------------
JAKARTA, December 29 (Xinhuanet) -- Indonesian President Megawati Soekarnoputri Saturday said the Army should stand in the front lines in serving the nation even though the facilities it was receiving from the state were not adequate.
The president made the remark before Army soldiers during the commemoration of the Army Day here, the Antara News Agency reported.
Noting that the nation was going through hard times and communal conflicts were endangering its unity, Megawati said " ...suddenly we realize the need for power to protect this country we love from destruction."
She admitted the country had yet to give the things due to the Army in exchange for its services, saying "We only have little to gradually improve soldiers' welfare. The country's capability to equip (the Army) with minimum weaponry is still limited."
On the other hand, the Army was expected to fulfill its functions and responsibilities as an organ of the state and a defense force to optimum degree.
On the current national crisis, the president stressed that it should not be intervened by any country.
"We should handle it by ourselves. We do not want any country or party to interfere in our problems," she said.
Despite all the denunciations of the Army as well as other military forces and national police, the country still needs them, the president said.
Therefore, the Army should improve its professionalism and do its best to carry out its tasks without hesitation and worry about human rights, Megawati added. Enditem
Copyright © 2000 Xinhua News Agency. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited. |