Educating the World, for a Free & Independent Confederated Tribal-States of West Papua

 

4

Civilian trial demanded for suspects in Theys murder

4

BP in Indonesia - Sociologists Before Geologists?

4

Blood diamonds and oil

4

Guerrillas in Their Midst: The Sequel

4

Al-Qaeda Member Arrested in Indonesia

4

KAPAL PANDU PT PELINDO BIAK PAPUA TENGGELAM

4

Di Hutan Paniai, Heli TNI Jatuh - Tiga tewas, dua ditemukan selamat

4

Asosiasi Pimpinan DPRD Provinsi Desak Revisi UU Otonomi Daerah

4

Senin Besok, Polri Berusia 56 Tahun. Bagaimana dengan Polda Papua? (2/habis) 

4

Berkas Terakhir Kasus Pelanggaran Berat HAM Timtim Dilimpahkan Besok

4

Helikopter TNI AD Hilang di Paniai

4

Pemda Mulai Langgar Larangan Ekspor Log

4

Terbuka Kemungkinan Pemberatan Hukuman

4

Wilayah Timur Indonesia Potensial Terkena Tsunami

4

Hukum Adat Efektif Melestarikan Ekosistem Laut

4

Lettu Ichwan: Helikopter Jatuh Karena Cuaca Buruk

4

PEMBUNUHAN BERANTAI PAPUA PASCA PENAHANAN KETUA DEWAN MUSYAWARAH MASYARAKAT KOTEKA (DEMMAK)DI KEPUNG PASUKAN TAK DI KENAL DENGAN DALIH KEAMANAN.

01 July 2002

Di Hutan Paniai, Heli TNI Jatuh - Tiga tewas, dua ditemukan selamat 



JAYAPURA-Sebuah helikopter TNI-AD jenis Bel 205 dengan nomor lambung PK 5074, Sabtu kemarin, jatuh di pegunungan Enarotali (Gupai), Paniai. Dari kecelakaan tersebut, tiga anggota TNI tewas dan dua lagi luka-luka. 

Mereka yang tewas adalah Lettu Yandi M (pilot), Sertu Kiman (penumpang) dan Serka Margito (Mekanik). Sedang mereka yang ditemukan luka-luka Lettu (Kav) Sulaksono Teddy Prabowo (29) (pilot juga) dan Lettu (Inf) Ihwan Okti Riady (26) (Kopilot). 

Dari data yang diperoleh Cenderawasih Pos, sebelum mengalmi naas pesawat yang mengangkut lima pasukan TNI AD tersebut, berangkat dari hanggar Penerbad Timika pada pukul 10.15 WIT mengangkut logistik untuk pasukan Yonif 753 yang bertugas di Kecamatan Wagete, Kabupaten Paniai. 

Setelah terbang, dalam rentang waktu 10-15 menit, komunikasi dengan pesawat yang dipiloti Lettu Yandi M dengan copilot Lettu (Inf) Ihwan Okti Riady (26) dan mekanik Serka Margito serta mengangkut Lettu (Kav) Sulaksono Teddy Prabowo (29) dan Sertu Kiman tersebut mulai terganggu. Tepat pukul 10.30 WIT, komunikasi outus, dan saat itulah pesawat diduga jatuh. 

Pangdam XVII/Trikora, Mayjen TNI Mahidin Simbolon kepada Radar Timika (Grup Cenderawasih Pos) di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) seusai menjenguk dua korban yang selamat (Lettu (Kav) Sulaksono Teddy Prabowo dan Lettu (Inf) Ihwan Okti Riady, menyatakan bahwa penyebab jatuhnya helikopter dengan baling-baling dua itu, murni karena gangguan cuaca (angin). 

Diceritakan Pangdam, pesawat tersebut setelah terbang sekitar 10-15 menit di wilayah sekitar perkampungan Gupai (salah satu perkampungan di Kabupaten Paniai) dihadang badai angin yang sangat kuat. ''Saat itulah, komunikasi ke Timika mulai terganggu,''ujarnya. 

Sehingga diduga kuat karena angin yang sangat kuat tersebut tidak dapat ditembus heli dan akhirnya pilot saat itu memutuskan untuk kembali ke Timika. Saat memutar balik itulah, pesawat terbalik dan diduga ekor pesawat menabrak pohon kemudian jatuh dan kemudian terbakar. "Memutar pesawat dalam kondisi angin yang kencang seperti itu, adalah saat yang saat kritis," ujar Pangdam Simbolon, yang tiba di Timika hari Minggu pagi kemarin, untuk memimpin langsung operasi penyelamatan serta evakuasi korban kecelakaan tersebut. 

Lebih lanjut Pangdam menegaskan, jika para korban yang diduga tewas itu berhasil dievakuasi, maka direncanakan besok, Selasa (2/7), akan diberangkatkan ke Jakarta. Demikian pula korban selamat, Lettu (Kav) Sulaksono Teddy Prabowo dan Lettu Ihwan Okti Roady (copilot), juga akan diberangkatkan ke Jakarta. 

Masih menurut Pangdam Simbolon, bahwa hingga kemarin (Minggu) pihaknya telah mengirimkan tim SAR dengan helikopter jenis Bolco dan Helikopter Airvast. Tim yang terdiri dari SAR TNI, Airvast, dan PT Freeport Indonesia itu telah melihat lokasi jatuhnya pesawat sejak hari Sabtu itu. Namun, karena kondisinya yang berkabut, sehingga tidak dapat mendekati lokasi atau turun. 

Kemudian, Minggu kemarin, sebuah Helikopter Airvast dan Helikopter Penerbad jenis Bel (baling-baling empat) di berangkatkan kembali menuju lokasi sekitar perkampungan Gupai, di Kabupaten Paniai. Karena kondisi kabut, hingga untuk menuju perkampungan tersebut, yang biasanya (cuaca baik) dapat ditempuh sekitar 45 menit, baru dapat ditembus setelah dua jam lebih. Itupun setelah berupaya menyisir sungai dan mencari celah-celah kabut. 

Tim SAR tidak dapat mendarat dekat lokasi jatuhnya pesawat, karena selain kondisi cuaca yang berkabut dan hujan rintik-rintik, hutan di lokasi jatuhnya pesawat juga lebat. Oleh karena itu, pesawat mendarat lebih jauh, dan tim SAR berjalan kaki menuju ke lokasi jatuhnya pesawat, untuk kemudian bertemu dengan dua korban selamat yang telah ditemukan warga Gupai sebelumnya. "Kita akan evakuasi korban sebagai mana mestinya," ujar Simbolon. 

Ditambahkan, untuk dapat mendaratkan pesawat evakuasi, harus dibuat helipad. Oleh karena itu, kemarin sore, kata Pangdam Simbolon, ia telah mengirimkan tim ke sekitar lokasi untuk membuat helipad tersebut. 

Hal yang sama diejelasan Kapendam XVII/Trikora Mayor CAJ. G. T. Situmorang. Saat dihubungi Cenderawasih Pos kemarin dia mengatakan bahwa pesawat heli yang naas dengan membawa lima orang anggota TNI tersebut awalnya akan mengunjungi Pos-pos TNI yang berada di Desa Uwibutu kecamatan Enarotali untuk mengangkut keperluan logistik pasukan yang berada pos-pos tersebut. ''Berita hilangnya heli itu memang benar dan sekarang ini pencarian masih terus dilakukan," ungkapnya. 

Ketika diketahui pesawat heli tersebut telah hilang dan tidak melakukan kontak lagi langsung dilakukan upaya pencarian dengan yang menggunakan pesawat heli dari jenis yang sama yaitu jenis Bell. 

Menurut Situmorang, Pangdam XVII/Trikora Mayjen TNI Mahidin Simbolon yang saat kejadian sedang berada di Jakarta untuk keperluan rapat, langsung terbang menuju Timika untuk memimpin upaya pencarian begitu mendengar kabar bahwa pesawat heli tersebut hilang dengan menggunakan penerbangan malam dan Minggu kemarin telah berada di Timika. 

''Ketika pesawat hilang, Pangdam sedang berada di Jakarta untuk mengikti rapat di Bandung dan langsung terbang ke Timika untuk memimpin upaya pencarian," papar Situmorang yang pernah bertugas bersama Pangdam Simbolon di Timor -Timur tersebut. 

Sementara itu, satu dari korban tewas tersebut, Sertu Kiman, menurut data lapangan ikut dalam pesawat tersebut, karena tengah melakukan orientasi lapangan sebelum tugas di Timika, menggantikan pasukan Penerbad yang ada saat ini. Namun demikian, sejauh ini, Radar Timika, belum mendapat konfirmasi resmi atas hal ini. 

SELAMAT SETELAH MELOMPAT 

Diterangkan oleh Lettu Teddy (Korban Selamat/Luka-Luka) saat dikunjungi Pangdam Mayjen TNI Mahidin Simbolon, bahwa saat dalam kondisi kritis itu (Pesawat menjelang jatuh), ia (Lettu Teddy) dan Lettu Ihwan sempat melepas safety belt dan keduanya melompat keluar dari pesawat. 

Karena berhasil melompat, keduanya selamat meski mengalami luka memar di beberapa bagian tubuhnya. Bahkan Lettu Teddy hanya mengalami terkilir di pergelangan kaki kanan. 

Sementara itu, setelah pesawat jatuh dan terbakar, keduanya masih sempat melihat Serka Margito keluar dari badan pesawat dan sempat melakukan pertolongan. Sedangkan Sertu Kiman dan Lettu Yandi tidak sempat ditolong, karena hingga malam hari pesawat masih terbakar. 

Setelah ditolong, beberapa saat kemudian, Serka Margito akhirnya meninggal dunia, karena mengalami luka parah di beberapa bagian tubuhnya. Diduga kuat, kedua korban yang tidak keluar dari badan pesawat itu, karena tidak sempat melepas safety belt saat pesawat jatuh, dan akhirnya mengalami nasib naas karena pesawat terbakar. 

"Kita melihat di bawah itu ada perkampungan, akhirnya kita memutuskan untuk berjalan menuju perkampungan itu," ujar Lettu Teddy kepada Pangdam dan rombongan yang mengunjunginya di RSMM (Timika) kemarin sore. 

Setelah itu, hari Minggu (30/6) sekitar pukul 10.30 WIT keduanya ditemukan oleh warga di perkampungan tersebut dan hendak dibawa ke perkampungan Gupai yang jaraknya sekitar 26 Km dari Kecamatan Tigi (Kabupaten Paniai). Dalam perjalanan menuju Kampung Gupai itu, sekitar pukul 12.30 WIT kedua korban selamat ini berjumpa dengan tim SAR (search and resque) yang saat itu hendak menuju ke lokasi jatuhnya pesawat di tengah hutan. 

Setelah itu, dengan helikopter Airvast, diterbangkan ke Timika dan tiba di hanggar penerbad Timika pukul 14.25 WIT. Selanjutnya, dengan kendaraan ambulance, keduanya diangkut ke RS MM. 

Salah satu anggota tim SAR dari Airvast yang kemarin ikut melakukan evakuasi, Joko Prasetyo, kepada wartawan menyatakan bahwa saat ditemukan keduanya dalam kedaan baik dan saat itu di lokasi dalam keadaan hujan rintik-rintik. "Kita jalan empat orang, dua dari Airvast dan dua dari Cenderawasih (Satgas Cenderawasih). Kita temukan, lalu kita bawa ke helikopter, untuk kemudian di bawa ke Timika," terangnya. 

WARGA GUPAI MINTA IMBALAN 

Sekadar diketahui, dari informasi lapangan juga, bahwa warga dari Kampung Gupai yang membantu mengevakuai korban bahkan yang menemukan lokasi jatuhnya pesawat naas itu, meminta beberapa imbalan. Diantaranya adalah ayam (bebek). Tentang permintaan imbalan ini, kabarnya juga telah dipenuhi siang kemarin. 

Dan semalam, data lapangan Radar Timika menyebutkan, bahwa hari ini, warga Gupai itu, juga meminta imbalan beberapa ekor babi untuk jasa membantu evakuasi. Atas hal ini, belum diperoleh konfirmasi, apakah imbalan berupa beberapa ekor babi tersebut akan dipenuhi atau tidak. (qq/ea)
http://www.cenderawasihpos.com/h.1.htm 

Important News

KRONOLOGIS PERISTIWA  PENANGKAPAN KETUA DEMMAK,  Numbay  Reporting

ISU DAN TARGET MILITER INDONESIA TERHADAP TOKOH PEJUANG PAPUA, AMP Numbay

TNI DAN JARINGANNYA DI PAPUA, AMP Numbay Reporting

Saya bukan Penjahat, Saya Tokoh Pejuang Melawan Teroris di Papua Barat..., Wawancara dengan AMP

TNI chief warns against secessionist movements

OPEN & INTERACTIVE DIALOGUE: "ON THE DEATH OF THE LATE ONDOFOLO DORTHEYS HIYO ELUAY IN THE PERSPECTIVES LAWS IN INDONESIAN"

When Indonesia's unity is no longer voluntary

Editorial Empowering the regions

Indonesia: Disintegration of the Last Great Colonial Power?, By Kerry B. Collison

ARMED CONFLICTS REPORT 2001: Indonesia - Irian Jaya (West Papua) (1969 - first combat deaths)
Update: January 2002

   
© Copyright 1999-2001. All rights reserved. Contact: Tribesman-WEBMASTER   Presented by The Diary of OPM