Educating the World, for a Free & Independent Confederated Tribal-States of West Papua

 

4 Officer Suggests Theys Died of Shock
4 Tersangka Akui, Theys Tewas saat Diintrogasi
4 Dansatgas Tribuana Tahu Penculikan Theys
4 Panglima Benarkan Ada Tersangka Baru dalam Kasus Theys
4 Pembentukan MRP akan Dibahas 5 Agustus
4 Tujuh Bulan Otonomi Khusus di Provinsi Papua - Melupakan Asas Demokrasi, Hambat Usaha Rakyat
4 Indonesia Seeks Seat in UN Security Council
4 Powell Brings New Focus on Indonesia
4 Sultan Brunei: Tak Ada Pembenaran untuk Teror
4 ASEAN Berusaha Hapus Citra Sarang Teroris
4 PENYAMARAN TNI / POLRI DALAM MEWUJUDKAN AKSI-AKSI TERSELUBUNG DALAM MENCIPTAKAN SITUASI KONFLIK
4 Jelang ST MPR 2002 - Kapolri: Teror Bom Itu Biasa
4 Kunjungan Menlu AS Bahas Terorisme
4 President WARC Choan Seng Song: Masyarakat Indonesia Ingin Selesaikan Konflik
4 Michael Somare Menangi Pemilu PNG
Selasa, Juli 30, 2002 08:13:09

Tersangka Akui, Theys Tewas saat Diintrogasi

 

Jakarta, Misteri penyebab kematian Theys Hiyo Eluay terungkap. Ia meninggal akibat serangan jantung pada saat diinterogasi oleh anggota Satuan Tugas (Satgas) Tribuana.

Demikian pengakuan tersangka Letkol Hr, mantan Komandan Satgas Tribuana, dalam pemeriksaan lanjutan oleh tim penyidik Pusat Polisi Militer (Puspom) TNI di Jakarta, kemarin. Wakil Komandan Puspom TNI Brigjen Hendardji memimpin pemeriksaan tersebut.

Ruhut Sitompul, salah seorang kuasa hukum sembilan tersangka kasus Theys, menjelaskan kepada pers bahwa Hr mengungkapkan kepada penyidik, petugas Satgas Tribuana menginterogasi Theys mengenai komitmennya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Theys, Ketua Presidium Dewan Papua (PDP), ditemukan tewas pada Minggu, 11 November 2001. Mayatnya ditemukan di dalam mobil Kijang miliknya dengan nomor polisi B-8029-TO, di sekitar jalan menuju ke Skouw, yang masuk di perbatasan antara Provinsi Papua dan Papua Nugini.

Malam sebelum tewas, Theys menghadiri acara peringatan Hari Pahlawan di Markas Tribuana Komando Pasukan Khusus TNI-AD di Hamadi.

Ruhut Sitompul menjelaskan bahwa tersangka mengakui tewasnya Theys terkait dengan tugas yang dilaksanakannya. "Letkol Hr mengatakan, meninggalnya Theys memang berkaitan dengan tugas yang dilaksanakan oleh personel Satgas Tribuana. Di mana pelaksanaan tugas itu, menurut Hr, dilakukan sebatas pemberian warning kepada Theys. Tapi ternyata, karena jantung Theys terganggu, ia terkena serangan jantung dan akhirnya meninggal ketika sedang di-pressure," paparnya.

Mengutip pengakuan Hr, Ruhut menjelaskan, sekitar dua aparat TNI, yang notabene adalah anak buah Letkol Hr, ketika itu menemui Theys di Skyline, untuk menegaskan apakah tokoh Papua itu tetap memiliki komitmen terhadap NKRI. Namun, tambahnya, tanpa diduga Theys gugup dan meninggal.

"Semua insiden itu terjadi di dalam kendaraan yang ditumpangi Theys. Bukan di lokasi lain. Dan itu melibatkan anak buah Hr yang lain dari yang sudah ditetapkan tim penyidik sebagai tersangka. Sementara Hr sendiri tidak berada di lokasi tempat Theys akhirnya meninggal," ujar Ruhut Sitompul.

Ia menambahkan, alasan dilakukannya interogasi oleh personel Satgas Tribuana terhadap Theys, berangkat dari adanya keinginan kelompok PDP untuk mengibarkan bendera Bintang Kejora tepat pada 1 Desember 2001.

"Proses menanyai Theys dilakukan di jalanan karena sebelumnya sudah cukup banyak pendekatan yang dilakukan personel TNI terhadap Ketua PDP itu. Bahkan, Hr acap memberikan bantuan uang senilai jutaan setiap kali Theys akan berangkat ke Jakarta. Itulah rasa tanggung jawab yang diakui Hr sebagai prajurit, agar tidak ada orang yang ingin memisahkan diri dari NKRI," ujarnya.

Sementara itu, Hendardji yang dihubungi Media, kemarin, lewat telepon membenarkan adanya pengakuan tersangka Hr. "Tapi, saat ini kami masih terus melakukan pemeriksaan lanjutan secara maraton terhadap tersangka Hr. Jadi, belum final. Mudah-mudahan, besok kami sudah dapat menyelesaikan pemeriksaan tersangka ini," paparnya.

Kendati pemeriksaan lanjutan terhadap tersangka Letkol Hr sudah selesai, menurut Hendardji, pihaknya belum bisa langsung membuat kesimpulan. Sebab, tambahnya, masih diperlukan cross check dengan semua saksi sipil dan militer yang sebelumnya sudah pernah didengar keterangannya.

"Memang kami berhasil menemukan bukti baru dalam kasus ini lewat adanya pengakuan dari tersangka Hr. Tapi, pengakuan saja kan tidak cukup. Kami masih harus melakukan cross check terhadap semua saksi yang ada. Pendeknya, kami harus bertindak cermat, jangan sampai membuat kekeliruan," ujarnya.

Oleh karena itulah, menurut Hendardji, tim penyidik Puspom merencanakan untuk menggelar pemeriksaan ulang terhadap para saksi selama dua minggu. (CR-7/P-2-Media)

Important News

When Indonesia's unity is no longer voluntary

Editorial Empowering the regions

Indonesia: Disintegration of the Last Great Colonial Power?, By Kerry B. Collison

ARMED CONFLICTS REPORT 2001: Indonesia - Irian Jaya (West Papua) (1969 - first combat deaths)
Update: January 2002

The Amungme, Kamoro & Freeport : How Indigenous Papuans Have Resisted the World's Largest Gold and Copper Mine, by Abigail Abrash

West Papua campaign launched at UN

International law and w. papua's right to independence By pwagner@wnec.edu

HRW World Report- Indonesia

Views and Positions of the Government of Indonesia Regarding Human Rights

Indonesia- Ending Repression in Irian Jaya

Why I Wrote the book on Theys Eluay's assassination? by Sem Karoba

Amnesty International Annual Report 2002
released May 28, 2002,
Covering events from January - December 2001, INDONESIA

WASIOR BRACES FOR AN IMMINENT MILITARY OPERATION

   
© Copyright 1999-2001. All rights reserved. Contact: Tribesman-WEBMASTER   Presented by The Diary of OPM