|
|
Ancaman dan Peluang Proyek LNG Tangguh di Kawasan Teluk Bintuni
Papua
Via Indonesian Nature Conservation List l edcolijn@bart.nl;
issue: INCL 4-24b
oleh : Bustar Maitar (Dir. Eksekutif LBP Manokwari)**
PENDAHULUAN
I. Deskripsi Umum Kawasan Teluk Bintuni Kawasan teluk bintuni
merupakan suatu kawasan yang sangat memiliki kekhasan tersendiri di
banding kawasan-kawasan lain di Papua, kekhasan tersebut setidaknya
dapat terlihat pada gugusan sabuk hijau yang terletak pada sepanjang
pesisir dan hampir pada setiap pulau di kawasan tersebut. Sebagai
suatu kawasan Mangrove dengan formasi terluas di Indonesia dan
terbaik di Asia tenggara (PHPA/AWB, 1991), teluk Bintuni menyimpan
potensi alam yang sangat mendukung kehidupan manusia. Masyarakat
dari tujuh suku besar yang bermukim di kawasan tersebut yaitu suku
Irarotu, Wamesa, Sebiar, Simuri, Kuri, Soub dan Moskona dengan latar
belakang kultural yang berbeda dan hidup dalam wilayah yang relatif
berdekatan serta bersama-sama memanfataatkan sumber daya alam yang
untuk mempertahankan hidup. Kearifan tradisional yang merupakan
bagian potensi sosio-kultural tersebut menjadi salah satu kekuatan
dalam proses pelestarian lingkungan hutan manggrove.
Berkelanjutannya kehidupan ekosistem hutan manggrove merupakan
cerminan dari berkelanjutannya kehidupan maasyarakat asli setempat.
Singkatnya kawasan teluk Bintuni dengan segala kekhasan dan
potensinya merupan tempat bergantung untuk pemenuhan hidup
masyarakat setempat. Jauh sebelum Indonesia masuk ke Papua kawasan
teluk bintuni telah dijadikan kawasan eksploitasi sumber daya alam
oleh penguasa-penguasa terdahulu (Belanda) hal ini dapat jelas
terlihat apabila kita mengunjungi kawasan teluk Bintuni, misalnya
pada muara Muturi kita akan menemukan bekas pelabuhan minyak Belanda
atau dari nama kota Bintuni yang dulunya bernama stengkold (bahasa
belanda) yang artinya batu-bara tepatnya kawasan tersebut dulunya
juga merupakan kawasan panambangan batu-bara yang sampai saat ini
bekas-bekas rel kereta masih jelas terlihat disepanjang jalan kota
Bintuni. Setelah pemerintah Indonesia masuk ke Papua kawasan teluk
Bintuni tetap menjadi kawasan eksploitasi sumber daya alam, saat ini
setidaknya terdapat 11 HPH (hak pengusahaan hutan), 2 HTI (perkebunan)
dan 2 perusahaan tambang yang beroperasi pada kawasan tersebut,
namun demikian hal yang sangat kontradiktif terlihat jelas pada
kawasan tersebut meskipun ada investasi asing dan domestik dalam
industri kehutanan, perkebunan, perikanan, sagu, dan juga eksplorasi
minyak dan gas, kehidupan masyarakat setempat tidak pernah beranjak
baik bahkan mereka hampir tidak memiliki akses pada semua investasi
tersebut, yang hampir seluruhnya berada di tangan migran dan imigran
dari pulau lain di Indonesia.
II. Proyek LNG Tangguh oleh PT AMOCO-ARCO Proyek LNG (gas alam
cair) Tangguh rencananya akan mengambil kawasan di daerah lepas
pantai (offshore) dan daratan (onshore) di sekitar kawasan teluk
Bintuni propinsi Papua. Secara administratif, lokasi proyek LNG
Tangguh ini tercakup kedalam 3 (tiga) wilayah yaitu kabupaten
Manokwari, Fak-Fak dan Sorong Propinsi Papua dengan cadangan LNG
terbukti 14.7 TCF (Triliun Kaki Kubik). Menurut pihak BP-Pertamina
pembangunan Kilang LNG akan mulai dibangun tahun 2002 di desa Tanah
Merah, kecamatan Babo dengan kapasitas produksi 6 7 juta ton
LNG per Tahun dan pengapalan perdana akan dilakukan pada tahun 2005.
Dipekirakan pada tahap awal kontruksi yang memakan waktu hanya 3 (tiga)
tahun akan menyerap sekirar 8.000 tenaga kerja dan pada tahap
operasi produksi hanya akan menyerap sekitar 350 pekerja. Pada saat
ini, menurut pihak BP-Pertamina status pengembangan LNG Tangguh
masih pada tahap perencanaan, rekayasa dasar dan studi AMDAL.
Diperkirakan sejumlah desa yang berada diteluk Bintuni akan terkena
dampak langsung sebagai akibat kegiatan pengembangan LNG Tangguh.
PELUANG DAN ANCAMAN
I. Peluang
Dari paparan diatas jelas akan terserap sekitar 8.000 tanaga
kerja pada tahap awal kontruksi kegiatan ini sehingga masalah
pengangguran di Papua dapat sedikit teratasi walaupun hanya bersifat
sesaat. Dari sudut pendapatan domestik bruto otomatis pendapatan
daerah akan meningkat setidaknya adanya peluang usaha baru bagi
masyarakat baik untuk memasarkan produk pertaniannya dan pemasukan
pajak bagi pemerintah. Secara langsung atau tidak langsung BP-Pertamina
akan memperhatihan pembangunan sarana dan prasarana sosial pada
kawasan teluk bintuni terutama pada daerah sekitar kawasan
eksploitasi. Perbaikan tingkat pendidikan masyarakat juga akan
merupakan peluang positif dari kehadiran BP-Pertamina setidaknya BP-Pertamina
akan membangun sarana pendidikan di kawasan teluk bintuni dan juga
akan memberikan beasiswa pada anak sekolah yang berasal dari kawasan
eksploitasinya. Pelayanan kesehatan masyarakat sudah pasti akan
dilakukan, sebagai perusahaan besar BP-Pertamina akan membangun
klinik untuk kesejahteraan karyawannya yang mungkin juga dapat
digunakan oleh masyarakat, peningkatan ekonomi pedesaan dan standar
hidup masyarakat pedesaan sekitar kawasan eksploitasi baik melalui
kegiatan ketrampilan dan kegiatan lainnya setidaknya juga akan
mejadi focus proyek LNG Tangguh. Berbagai peluang diatas apabila
kita tinjau lebih jauh maka hal-hal diatas merupakan hal-hal yang
sangat normatif, bagaimanapun yang namanya pengusaha akan lebih
bersifat profit oriented. Selain peluang-peluang diatas peluang yang
akan diraih juga adalah semakin mengukuhkan Indonesia sebagai
pengahasil LNG terbesar di Asia.
II. Ancaman
Kehadiraan berbagai perusahaan besar di Teluk Bintuni saat ini
telah memberikan dampak negatif pada komunitas hutan Mangrove di
kawasan teluk bintuni, pembabatan hutan mangrove dan konversi lahan
hutan mangrove memang masih belum sangat terasa saat ini, namun
demikian pada masa-masa akan mendatang akan semakin terasa,
degradasi lingkungan terutama potensi keanekaragaman hayati akan
semakin terancam pada kawasan tersebut kita tidak tahu sudah berapa
banyak potensi keanekaragaman hayati yang belum diketahui nama dan
manfaatnya yang sudah lenyap pada kawasan teluk bintuni. Bagian
permukaan teluk bintuni yang telah di eksploitasi habis-habisan kini
akan semakin dilengkapi oleh eksploitasi bagian perut bumi teluk
bintuni. Kawasan cagar alam yang telah ditetapkan di kawaasan Teluk
Bintuni saat ini semakin terancam, menurut hasil studi Pusat Studi
Lingkungan Uncen menyatakan bahwa kawasan sumur-sumur gas BP-Pertamina
nantinya ada yang berada didalam kawasan cagar alam Telum Bintuni.
Dampak lingkungan terutama pada ekosistem yang berada di sekitar
kawasan eksploitasi tersebut memang saat ini belum begitu terasa,
karena kegiatan eksploitasi belum berlangsung. Dari informasi yang
diterima, diketahui bahwa ada beberapa anak-anak yang meninggal pada
kegiatan seismik dimana anak-anak tersebut telah menghirup gas yang
keluar dari kegiatan tersebut. Kejadian ini setidaknya memberikan
tanda-tanda pada kita bahwa kegiatan eksploitasi gas tersebut
nantinya akan memberikan dampak negatif pada kesehatan manusia di
kawasan teluk bintuni.
Selain dampak lingkungan diatas maka dampak lain yang tidak kalah
pentingnya adalah dampak sosial. Telah kita ketahui bahwa pada tahap
konstruksi akan terserap 8.000 orang tenaga kerja selama 3 tahun dan
setelah itu hanya 350 orang yang akan menjadi pekerja tetap pada
tahapan produksi, kita dapat membayangkan dari 8.000 orang pada
tahap kontruksi tidak sampai 1 % yang akan tetap bekerja, lalu
sisanya sebesar 7.650 orang atau sekitar 99.6 % akan kembali menjadi
pengangguraan kembali, kita juga dapat membayangkan dengan situasi
SDM Papua saat ini kira-kira ada berapa orang Papua yang akan tetap
terserap untuk kegiatan pengekploiasian yang berteknologi tinggi
tersebut. Kita juga setidaknya dapat membayangkan apa dampak sosial
yang akan terjadi di teluk bintuni nantinya, yang pasti masyarakat
asli teluk bintuni akan semakin terpinggirkan oleh tekanan imigran
dari luar.
Yang saat ini menjadi perhatian kawan-kawan NGO di Manokwari
adalah sejauh mana keterlibatan masyarakat dalam kegiatan
perencanaan eksploitasi LNG Tangguh, saat ini telah terjadi rencana
transaksi pengambil alihan tanah di kawasan Tanah Merah dan Saengga
kecamatan Babo, masyarakat pada kedua daerah itu sendiri akan
dipindahkan ke kawasan lain. Saat ini memang tengah berjalan
studi-studi dampak lingkungan pada kawasan Teluk Bintuni, namun
perlu dicermati bahwa kegiatan studi tersebut sepenuhnya dibiayai
oleh BP-Pertamina sehingga independensi dari data yang dihasilkan
akan sangat diragukan.
Posisi masyarakat dalam proyek ini masih belum jelas, apakah
hanya menjadi penonton, hanya sebatas menikmati hasil atau sebagai
komponen pelaklu utama. Masyarakat sendiri masih ada di persimpangan
jalan antara menerima atau menolak kehadiran BP-Pertamina,
kebimbangan ini antara lain disebabkan oleh ketidakjelasan
masyarakat terhadap dampak apa yang kira-kira akan ditimbulkan oleh
proyek ini terhadap lingkungan dan kondisi sosial masyarakat, dari
informasi yang dikumpulkan dilapangan oleh LBP Manokwari ternyata
BP-Pertamina tidak pernah memberikan penjelasan tentang berbagai
dampak negatif yang akan di timbulkan oleh proyek ini, yang
disampaikan kemasyarakat hanyalah berbagai dampak positif dari
proyek ini. Beberapa waktu lalu BP-Pertamina memprakarsai magang
bagi masyarakat ke Bontang untuk melihat kilang di sana, namun apa
yang bisa di dapatkan masyarakat dalam 5 hari kunjungan, masyarakat
hanya dapat melihat pipa-pipa gas dan lampu-lampu merkuri di Bontang,
tampa bisa melihat apa sebenarnya yang sudah terjadi di Bontang
terhadap lingkungan dan masyarakat. Pada tahun 1999 terdengar berita
adanya kematian anak-anak sebanyak 48 anak dalam kurun waktu 2
minggu, walaupun sebab-sebabnya masih belum jelas sampai saat ini
namun dugaan kuat dari masyarakat bahwa kejadian itu disebabkan oleh
dampak kegiatan eksplorasi yang di lakukan BP-Pertamina di sekitar
kawasan tersebut dan ini paling tidak memperlihatkan dampak kekinian
dari proyek tersebut. Kondisi ironi yang paling tidak terlihat saat
ini adalah di mana masyarakat masih berada di persimpangan ketidak
pastian, tetapi di lain pihak proyek LNG ini jalan terus.
TANTANGAN MASA DEPAN
Pendapingan pada masyarakat dan lingkungan hidup adalah prioritas
utama yang harus dilakukan, kita harus dapat memastikan bahwa
masyarakat benar-benar dilibatkan secara aktif dalam proses kegiatan
pengekploitasian LNG tersebut, kita juga harus membekali dan
memberikan penyadaran pada masyarakat akan bahaya dan ancaman masa
depan berkaitan dengan hadirnya BP-Pertamina di kawasan Teluk
Bintuni. Dari informasi yang diterima ternyata sampai saat ini BP-Pertamina
belum memberikan penjelasan pada masyarakat akan bahaya-bahaya yang
akan terjadi dengan kehadiran pengeboran gas tersebut.
Kita tentunya tidak menginginkan hal terjadi di PT Freport TIMIKA
terjadi juga di Kawasan Teluk Bintuni. Sampai dengan saat ini
masyarakat di Teluk Bintuni masih dalam posisi ketidakpastian dan
ketidakberdayaan mengahdapi kehadiran proyel LNG Tangguh, sehingga
sangat perlu untuk dilakukan suatu studi tandingan untuk melihat
sejauh mana keterlibatan masyarakat dan untuk melakukan
prediksi-prediksi dampak lingkungan hidup kedepan.
PENUTUP
Kekayaan alam dan segala isinya haruslah dipergunakan
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan dalam perencanaannya
adalah sangat mutlak melibatkan masyarakat setempat. Adalah
merupakan tanggungjawab kita semua untuk mewujutkan hal tersebut.
Langkah-langkah kongrit sangat dibutuhkan oleh masyarakat pada
kawasan Teluk Bintuni saat ini. Dengan modal sangat besar tentunya
masyarakat diteluk bintuni tidak kuasa untuk menahan proyek LNG
Tangguh.
---------------------------------------------
Sekilas tentang LBP Manokwari :
LBP Manokwari adalah sebuah organisasi non-pemerintah (ORNOP)
yang dalam kegiatannya tidak mencari keuntungan. LBP didirikan pada
1999 di Banda Aceh oleh 11 Orang mahasiswa yang berasal dari Aceh,
Papua, Lampung, Jambi, Sulawesi Tenggara dan Purwokerto dan
berbasis ilmu pertanian, konservasi, sosial ekonomi dan kehutanan.
LBP Manokwari juga berdiri pada 1999, dalam kerja-kerjanya LBP
Manokwari terfokus menangani masalah Pertanian dan Konservasi Sumber
Daya Alam dan saat ini tengah fokus dalam menangani pemberdayaan
masyarakat melalui pendampingan di kawasan cagar Alam Pergunungan
Arfak Manokwari dan Menangani Perberdayaan masyarakat serta
Adokasi Lingkungan di Kawasan Teluk Bintuni Manokwari.
LBP Manokwari Jl. Trikora / Gg. Merpati No. 10 Wosi,
Manokwari Papua 98314 Tlp. 0986-212174
Fax. 0986-211330
E-mail : LBP@jayapura.wasantara.net.id
Kontak person : Bustar, Anang & Muji
(Berita koran terkait: Meneg LH Menyetujui Kerangka Acuan Amdal LNG
Tangguh BP Indonesia -Red.)
|