FAQs Contact Details  |  Campaign Spotlights  |  Campaign Documents  |  Action Updates  Our Organisations  About Us 
4  
4  
4 Analysis: BP sidesteps extortion of Indonesia"Ts army, The Times [London] May 2, 2003
4 Ancaman dan Peluang Proyek LNG Tangguh di Kawasan Teluk Bintuni Papua
4  
4  
4  
4  
4
4
4
 

Ancaman dan Peluang Proyek LNG Tangguh di Kawasan Teluk Bintuni Papua

Via Indonesian Nature Conservation List l edcolijn@bart.nl; issue: INCL 4-24b

oleh : Bustar Maitar (Dir. Eksekutif LBP Manokwari)**

PENDAHULUAN

I. Deskripsi Umum Kawasan Teluk Bintuni Kawasan teluk bintuni merupakan suatu kawasan yang sangat memiliki kekhasan tersendiri di banding kawasan-kawasan lain di Papua, kekhasan tersebut setidaknya dapat terlihat pada gugusan sabuk hijau yang terletak pada sepanjang pesisir dan hampir pada setiap pulau di kawasan tersebut. Sebagai suatu kawasan Mangrove dengan formasi terluas di Indonesia dan terbaik di Asia tenggara (PHPA/AWB, 1991), teluk Bintuni menyimpan potensi alam yang sangat mendukung kehidupan manusia. Masyarakat dari tujuh suku besar yang bermukim di kawasan tersebut yaitu suku Irarotu, Wamesa, Sebiar, Simuri, Kuri, Soub dan Moskona dengan latar belakang kultural yang berbeda dan hidup dalam wilayah yang relatif berdekatan serta bersama-sama memanfataatkan sumber daya alam yang untuk mempertahankan hidup. Kearifan tradisional yang merupakan bagian potensi sosio-kultural tersebut menjadi salah satu kekuatan dalam proses pelestarian lingkungan hutan manggrove. Berkelanjutannya kehidupan ekosistem hutan manggrove merupakan cerminan dari berkelanjutannya kehidupan maasyarakat asli setempat. Singkatnya kawasan teluk Bintuni dengan segala kekhasan dan potensinya merupan tempat bergantung untuk pemenuhan hidup masyarakat setempat. Jauh sebelum Indonesia masuk ke Papua kawasan teluk bintuni telah dijadikan kawasan eksploitasi sumber daya alam oleh penguasa-penguasa terdahulu (Belanda) hal ini dapat jelas terlihat apabila kita mengunjungi kawasan teluk Bintuni, misalnya pada muara Muturi kita akan menemukan bekas pelabuhan minyak Belanda atau dari nama kota Bintuni yang dulunya bernama stengkold (bahasa belanda) yang artinya batu-bara tepatnya kawasan tersebut dulunya juga merupakan kawasan panambangan batu-bara yang sampai saat ini bekas-bekas rel kereta masih jelas terlihat disepanjang jalan kota Bintuni. Setelah pemerintah Indonesia masuk ke Papua kawasan teluk Bintuni tetap menjadi kawasan eksploitasi sumber daya alam, saat ini setidaknya terdapat 11 HPH (hak pengusahaan hutan), 2 HTI (perkebunan) dan 2 perusahaan tambang yang beroperasi pada kawasan tersebut, namun demikian hal yang sangat kontradiktif terlihat jelas pada kawasan tersebut meskipun ada investasi asing dan domestik dalam industri kehutanan, perkebunan, perikanan, sagu, dan juga eksplorasi minyak dan gas, kehidupan masyarakat setempat tidak pernah beranjak baik bahkan mereka hampir tidak memiliki akses pada semua investasi tersebut, yang hampir seluruhnya berada di tangan migran dan imigran dari pulau lain di Indonesia.

II. Proyek LNG Tangguh oleh PT AMOCO-ARCO Proyek LNG (gas alam cair) Tangguh rencananya akan mengambil kawasan di daerah lepas pantai (offshore) dan daratan (onshore) di sekitar kawasan teluk Bintuni propinsi Papua. Secara administratif, lokasi proyek LNG Tangguh ini tercakup kedalam 3 (tiga) wilayah yaitu  kabupaten Manokwari, Fak-Fak dan Sorong Propinsi Papua dengan cadangan LNG terbukti 14.7 TCF (Triliun Kaki Kubik). Menurut pihak BP-Pertamina pembangunan Kilang LNG akan mulai dibangun tahun 2002 di desa Tanah Merah, kecamatan Babo dengan kapasitas produksi 6  7 juta ton LNG per Tahun dan pengapalan perdana akan dilakukan pada tahun 2005. Dipekirakan pada tahap awal kontruksi yang memakan waktu hanya 3 (tiga) tahun akan menyerap sekirar 8.000 tenaga kerja dan pada tahap operasi produksi hanya akan menyerap sekitar 350 pekerja. Pada saat ini, menurut pihak BP-Pertamina status pengembangan LNG Tangguh masih pada tahap perencanaan, rekayasa dasar dan studi AMDAL. Diperkirakan sejumlah desa yang berada diteluk Bintuni akan terkena dampak langsung sebagai akibat kegiatan pengembangan LNG Tangguh.

 

PELUANG DAN ANCAMAN

I. Peluang

Dari paparan diatas jelas akan terserap sekitar 8.000 tanaga kerja pada tahap awal kontruksi kegiatan ini sehingga masalah pengangguran di Papua dapat sedikit teratasi walaupun hanya bersifat sesaat. Dari sudut pendapatan domestik bruto otomatis pendapatan daerah akan meningkat setidaknya adanya peluang usaha baru bagi masyarakat baik untuk memasarkan produk pertaniannya dan pemasukan pajak bagi pemerintah. Secara langsung atau tidak langsung BP-Pertamina akan memperhatihan pembangunan sarana dan prasarana sosial pada kawasan teluk bintuni terutama pada daerah sekitar kawasan eksploitasi. Perbaikan tingkat pendidikan masyarakat juga akan merupakan peluang positif dari kehadiran BP-Pertamina setidaknya BP-Pertamina akan membangun sarana pendidikan di kawasan teluk bintuni dan juga akan memberikan beasiswa pada anak sekolah yang berasal dari kawasan eksploitasinya. Pelayanan kesehatan masyarakat sudah pasti akan dilakukan, sebagai perusahaan besar BP-Pertamina akan membangun klinik untuk kesejahteraan karyawannya yang mungkin juga dapat digunakan oleh masyarakat, peningkatan ekonomi pedesaan dan standar hidup masyarakat pedesaan sekitar kawasan eksploitasi baik melalui kegiatan ketrampilan dan kegiatan lainnya setidaknya juga akan mejadi focus proyek LNG Tangguh. Berbagai peluang diatas apabila kita tinjau lebih jauh maka hal-hal diatas merupakan hal-hal yang sangat normatif, bagaimanapun yang namanya pengusaha akan lebih bersifat profit oriented. Selain peluang-peluang diatas peluang yang akan diraih juga adalah semakin mengukuhkan Indonesia sebagai pengahasil LNG terbesar di Asia.

 

II. Ancaman

Kehadiraan berbagai perusahaan besar di Teluk Bintuni saat ini telah memberikan dampak negatif pada komunitas hutan Mangrove di kawasan teluk bintuni, pembabatan hutan mangrove dan konversi lahan hutan mangrove memang masih belum sangat terasa saat ini, namun demikian pada masa-masa akan mendatang akan semakin terasa, degradasi lingkungan terutama potensi keanekaragaman hayati akan semakin terancam pada kawasan tersebut kita tidak tahu sudah berapa banyak potensi keanekaragaman hayati yang belum diketahui nama dan manfaatnya yang sudah lenyap pada kawasan teluk bintuni. Bagian permukaan teluk bintuni yang telah di eksploitasi habis-habisan kini akan semakin dilengkapi oleh eksploitasi bagian perut bumi teluk bintuni. Kawasan cagar alam yang telah ditetapkan di kawaasan Teluk Bintuni saat ini semakin terancam, menurut hasil studi Pusat Studi Lingkungan Uncen menyatakan bahwa kawasan sumur-sumur gas BP-Pertamina nantinya ada yang berada didalam kawasan cagar alam Telum Bintuni. Dampak lingkungan terutama pada ekosistem yang berada di sekitar kawasan eksploitasi tersebut memang saat ini belum begitu terasa, karena kegiatan eksploitasi belum berlangsung. Dari informasi yang diterima, diketahui bahwa ada beberapa anak-anak yang meninggal pada kegiatan seismik dimana anak-anak tersebut telah menghirup gas yang keluar dari kegiatan tersebut. Kejadian ini setidaknya memberikan tanda-tanda pada kita bahwa kegiatan eksploitasi gas tersebut nantinya akan memberikan dampak negatif pada kesehatan manusia di kawasan teluk bintuni.

Selain dampak lingkungan diatas maka dampak lain yang tidak kalah pentingnya adalah dampak sosial. Telah kita ketahui bahwa pada tahap konstruksi akan terserap 8.000 orang tenaga kerja selama 3 tahun dan setelah itu hanya 350 orang yang akan menjadi pekerja tetap pada tahapan produksi, kita dapat membayangkan dari 8.000 orang pada tahap kontruksi tidak sampai 1 % yang akan tetap bekerja, lalu sisanya sebesar 7.650 orang atau sekitar 99.6 % akan kembali menjadi pengangguraan kembali, kita juga dapat membayangkan dengan situasi SDM Papua saat ini kira-kira ada berapa orang Papua yang akan tetap terserap untuk kegiatan pengekploiasian yang berteknologi tinggi tersebut. Kita juga setidaknya dapat membayangkan apa dampak sosial yang akan terjadi di teluk bintuni nantinya, yang pasti masyarakat asli teluk bintuni akan semakin terpinggirkan oleh tekanan imigran dari luar.

Yang saat ini menjadi perhatian kawan-kawan NGO di Manokwari adalah sejauh mana keterlibatan masyarakat dalam kegiatan perencanaan eksploitasi LNG Tangguh, saat ini telah terjadi rencana transaksi pengambil alihan tanah di kawasan Tanah Merah dan Saengga kecamatan Babo, masyarakat pada kedua daerah itu sendiri akan dipindahkan ke kawasan lain. Saat ini memang tengah berjalan studi-studi dampak lingkungan pada kawasan Teluk Bintuni, namun perlu dicermati bahwa kegiatan studi tersebut sepenuhnya dibiayai oleh BP-Pertamina sehingga independensi dari data yang dihasilkan akan sangat diragukan.

Posisi masyarakat dalam proyek ini masih belum jelas, apakah hanya menjadi penonton, hanya sebatas menikmati hasil atau sebagai komponen pelaklu utama. Masyarakat sendiri masih ada di persimpangan jalan antara menerima atau menolak kehadiran BP-Pertamina, kebimbangan ini antara lain disebabkan oleh ketidakjelasan masyarakat terhadap dampak apa yang kira-kira akan ditimbulkan oleh proyek ini terhadap lingkungan dan kondisi sosial masyarakat, dari informasi yang dikumpulkan dilapangan oleh LBP Manokwari ternyata BP-Pertamina tidak pernah memberikan penjelasan tentang berbagai dampak negatif yang akan di timbulkan oleh proyek ini, yang disampaikan kemasyarakat hanyalah berbagai dampak positif dari proyek ini. Beberapa waktu lalu BP-Pertamina memprakarsai magang bagi masyarakat ke Bontang untuk melihat kilang di sana, namun apa yang bisa di dapatkan masyarakat dalam 5 hari kunjungan, masyarakat hanya dapat melihat pipa-pipa gas dan lampu-lampu merkuri di Bontang, tampa bisa melihat apa sebenarnya yang sudah terjadi di Bontang terhadap lingkungan dan masyarakat. Pada tahun 1999 terdengar berita adanya kematian anak-anak sebanyak 48 anak dalam kurun waktu 2 minggu, walaupun sebab-sebabnya masih belum jelas sampai saat ini namun dugaan kuat dari masyarakat bahwa kejadian itu disebabkan oleh dampak kegiatan eksplorasi yang di lakukan BP-Pertamina di sekitar kawasan tersebut dan ini paling tidak memperlihatkan dampak kekinian dari proyek tersebut. Kondisi ironi yang paling tidak terlihat saat ini adalah di mana masyarakat masih berada di persimpangan ketidak pastian, tetapi di lain pihak proyek LNG ini jalan terus.

 

TANTANGAN MASA DEPAN

Pendapingan pada masyarakat dan lingkungan hidup adalah prioritas utama yang harus dilakukan, kita harus dapat memastikan bahwa masyarakat benar-benar dilibatkan secara aktif dalam proses kegiatan pengekploitasian LNG tersebut, kita juga harus membekali dan memberikan penyadaran pada masyarakat akan bahaya dan ancaman masa depan berkaitan dengan hadirnya BP-Pertamina di kawasan Teluk Bintuni. Dari informasi yang diterima ternyata sampai saat ini BP-Pertamina belum memberikan penjelasan pada masyarakat akan bahaya-bahaya yang akan terjadi dengan kehadiran pengeboran gas tersebut.

Kita tentunya tidak menginginkan hal terjadi di PT Freport TIMIKA terjadi juga di Kawasan Teluk Bintuni. Sampai dengan saat ini masyarakat di Teluk Bintuni masih dalam posisi ketidakpastian dan ketidakberdayaan mengahdapi kehadiran proyel LNG Tangguh, sehingga sangat perlu untuk dilakukan suatu studi tandingan untuk melihat sejauh mana keterlibatan masyarakat dan untuk melakukan prediksi-prediksi dampak lingkungan hidup kedepan.

 

PENUTUP

Kekayaan alam dan segala isinya haruslah dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan dalam perencanaannya adalah sangat mutlak melibatkan masyarakat setempat. Adalah merupakan tanggungjawab kita semua untuk mewujutkan hal tersebut. Langkah-langkah kongrit sangat dibutuhkan oleh masyarakat pada kawasan Teluk Bintuni saat ini. Dengan modal sangat besar tentunya masyarakat diteluk bintuni tidak kuasa untuk menahan proyek LNG Tangguh.

---------------------------------------------

Sekilas tentang LBP Manokwari :

LBP Manokwari adalah sebuah organisasi non-pemerintah (ORNOP) yang dalam kegiatannya tidak mencari keuntungan. LBP didirikan pada 1999 di Banda Aceh oleh 11 Orang mahasiswa yang berasal dari Aceh, Papua, Lampung, Jambi, Sulawesi Tenggara dan Purwokerto dan  berbasis ilmu pertanian, konservasi, sosial ekonomi dan kehutanan. LBP Manokwari juga berdiri pada 1999, dalam kerja-kerjanya LBP Manokwari terfokus menangani masalah Pertanian dan Konservasi Sumber Daya Alam dan saat ini tengah fokus dalam menangani pemberdayaan masyarakat melalui pendampingan di kawasan cagar Alam Pergunungan Arfak  Manokwari dan Menangani Perberdayaan masyarakat serta Adokasi Lingkungan di Kawasan Teluk Bintuni  Manokwari.

LBP Manokwari Jl. Trikora / Gg. Merpati No. 10 Wosi,
Manokwari  Papua 98314 Tlp. 0986-212174
Fax. 0986-211330
E-mail : LBP@jayapura.wasantara.net.id 
Kontak person : Bustar, Anang & Muji
(Berita koran terkait: Meneg LH Menyetujui Kerangka Acuan Amdal LNG Tangguh BP Indonesia -Red.)

   
© Copyright 1999-2002. All rights reserved. Contact: Tribal_WEBMASTER   by The Diary of OPM