West Papua News Online, The Diary of Online Papua Mouthpiece
Educating the world, for a Free & Independent Confederated Tribal-States of West Papua
    Human Rights CASES 
 West Papua News
 Pulications
Campaigns in Focus
_War on Terrorism
 Environment Issues
 Health Issues
 Autonomy Issues
Documents
   - Books
  - Papers
   - Articles
   - Press
Organisations
 Papua Council
 AMP International
 Demmak
 TPN/OPM
 UN Documents
 
 
 
 
 Archives
 Site Index
 


ELSHAM
LEMBAGA STUDI DAN ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA
Institute for Human Rights Study and Advocacy
Jln. Kampus ISTP - Padang Bulan, Jayapura - PAPUA BARAT
Telp/Facs: 62-967-581600; E-mail: elsham_irja@jayapura.wasantara.net.id 

BENTROK SENJATA ANTARA APARAT KEAMANAN INDONESIA DAN TENTARA PEMBEBASAN NASIONAL PAPUA BAKAL PECAH  DI PANTAI TIMUR DAN PANTAI BARAT JAYAPURA 


(Jayapura, 30 Juni 2001)

Hari Sabtu (30/6) sumber ELS-HAM dari Bonggo, Jayapura melaporkan bahwa pada hari Jumaat (28/6) pagi, sekitar 50 personil pasukan Mariner Angkatan Laut Indonesia yang berbasis di kecamatan Demta (70 Km arah Timur Jayapura) melakukan opearasi mendadak ke desa Ambora (1 Km arah Timur kecamatan Demta). Saksi mata mengatakan bahwa pada saat itu pasukan Mariner berjalan dalam formasi waspada siap tempur sambil menyandang senjata yang sudah terkokang, diantara mereka ada memegang Boom Granat tangan, di tangan kanan dan kiri. mereka membawa 3 pucuk senapan mesin otomatis jenis Minimi (3 kaki) dan 1 buah senjata berat jenis Basok. Sedangkan di garis pantai laut Ambora, satu kapal patroli ukuran kecil dan 2 Speed boat sedang berlabuh.

Kehadiran Mariner tanpa pemberitahuan membuat warga Desa Ambora berjumlah sekitar 1000 jiwa sempat panik, terutama kaum ibu dan anak-anak ketakutan dan lari meninggalkan kampung Ambora. Namun keadaan itu tidak berlangsung lama. Karena setelah dua kali Meriner keliling desa Ambora, kemudian mereka kembali lagi ke Demta.

Seorang Mariner mengatakan kepada warga setempat bahwa kehadiran mereka disitu adalah karena mendapat informasi Hans Richard Yoweni, pemimpin TPN/OPM wilayah Bonggo sedang berada di Ambora.

Seorang saksi mata D.D (30) melaporkan kepada ELS-HAM bahwa pada hari yang sama (Jumaa, 28/6) dirinya sedang memancing ikan sekitar laut Ambora, tidak lama kemudian muncul sebuah Speed Boat lari dengan kecepatan tinggi menuju perahunya sehingga D.D berdiri di atas perahu untuk mempertunjukan dirinya. Pada saat itu D.D melihat dua orang Papua dalam posisi tangan terikat dan menunduk. Yang satu mengenakan baju kaos putih dan yang lainnya mengenakan baju berwarna gelap. Di belakang korban, 4 orang Mariner memegang senjata sambil mengarahkan ke tubuh kedua korban. Speed Boat itu datang dari kecamtan Bonggo, arah Timur desa Ambora. 

Beberapa anggota tokoh berpengaruh pesan kepada warga setempat agar jangan terpancing dengan upaya provokasi yang sedang dilakukan Mariner saat itu.

Beberapa anggota TPN/OPM yang sedang memantau pamer kekuatan itu mengatakan seandainya hari itu mereka (Mariner) membukan serangan dulaan terhadap rakyat maka mereka TPN/OPM juga sudah siap melakukan pembalasan.

Menurut informasi, besok Minggu (1/7) pasukan Mariner kembali lagi melancarkan operasi yang sama ke Desa Ambora. Sehingga masyarakat Ambora sudah menyiapakan bekal bahan makan dan bersiap-siap mengungsi ke hutan kalau rencana itu terwujud.

Sejak paska pembataian 4 orang pasukan elit (Kopasus) tanggal 3 Februari lalu aparat keamanan terus memperketat penjagaan di laut dan di darat, sumber ELS-HAM menyebutkan bahwa dalam sehari Pasukan Mariner melakukan patroli laut sebanyak 2 kali, bahkan bisa mencapai 4 kali di pesisir pantai meliputi kecamatan Demta, Bonggo, Betaf dan Sarmi.

Belum lama ini beredar selebaran seruan dari seorang yang menamakan dirinya Sekjen OPM Nikolaus Hipohau yang menganjurkan warga Papua mengibarkan bendera Bintang Kejora pada tanggal 1 Juli. Akan tetapi dari menurut hasil menitoring ELS-HAM menunjukan bahwa belum tanda-tanda ke arah itu. Seorang komandan TPN/OPM wilayah perbatasan RI-PNG mengatakan pihakanya tidak punya rencana menyerang militer Indonesia pada tanggal 1 Juli, karena kenyataan selama ini TPN/OPM melakukan penyerangan terhadap Pos militer Indonesia di lokasi tertentu maka yang jadi sasaran korban adalah Penduduk sipil setempat.

Sementara itu seorang Kurir dari Markas Besar TPN/OPM Bonggo (150 Km arah Timur Jayapura), mengatakan dalam waktu dekat Markas Bonggo akan diserang pasukan militer Indonesia. Menurut sumber ELS-HAM di lingkungan KODAM XVII Trikora menyebutkan bahwa pada tanggal 1 - 14 Juli akan terjadi operasi militer di wilayah Pantai Timur dan Pantai Barat. 

Tanda-tanda penyerbuan sudah terbaca, dimana militer Indonesia sudah mendroping sejumlah pasukan gabungan dari TNI AD, Kopasus, Mariner Kostrad. Mereka juga sudah membangun sejumlah Pos-Pos penjagaan sepanjang Pantai Timur mulai dari :

Kecamatan Demta pasukan Mariner berjumlah 50 orang, Kostrad 20 orang, Kopasus 18 orang dan Korem 18 orang.

Kecamatan Bonggo, Mariner 80 orang dan Kopasus 15 orang 

Kecamatan Betaf, Mariner 90 orang, Kopasus 15 orang, Kostrad Brawijaya 50 orang TNI AD 751, 20 orang dan Korem 18 orang

Kecamatan Sarmi Brimob 30 orang Mariner 30 orang dan Kopasus belum diperolah angka yang pasti, yang jelas ada pos Kopasus.

Kecamatan Pantai Timur, Arbais, Mariner 60 orang, 

Disamping itu ada pos penyamaran yang menyatu dengan penduduk Transmigrasi Bonggo dan perusahan kayu Logging.Ditambah lagi dengan Pos Polsek Polisi dan Danramil. Komandan tertinggi TPN/OPM markas Bonggo ketika menanggapi mobiltas militer Indonesia yang semakin tinggi di daerah sekitar wilayah Bonggo mengatakan bahwa dirinya sudah menginstruksikan kepada anak buahnya (pasukannya) untuk tidak mundur selangkah pun dalam mengahadapi rencana penyerbuan markas Bonggo, karena surat Perintah Operasi (PO) yang dikeluarkan di Mabes TPN/OPM Bonggo yang ditujukan kepada 22 Komando Daerah Operasi (Kodap) di seluruh Papua untuk segera melakukan penyerangan ke Pos-pos militer dan orang-orang yang mendukung Otonomi Khusus di seluruh Papua sudah dibocorkan kepada Pers, dan dimuat surat kabar Mingguan Tiva Papua edisi Minggu ke-empat bulan Mei. 

Sumber ELS-HAM melaporkan bahwa kini pasukan TPN/OPM di Bonggo sudah mempersenjatai diri dengan ribuan senjata rakitan dan 12 senjata berat jenis Basoka yang diproduksi dan disuplai dari kota Jayapura.

Menurut pihak TPN/OPM jika Markas Besar mereka di Bonggo diserang aparat keamanan Indonesia, maka seluruh 22 Komando TPN/OPM di Papua Barat di setiap kabupaten yang ada di Papua akan bertempur melakukan perlawanan. 

Rupanya warga Papua sekitar Pantai Timur juga sudah mencium adanya rencana penyerbuan pasukan Indonesia ke Markas Besar TPN/OPM yang berbasis di kampung Mirway, kecmatan Bonggo sehingga sabtu (30/6) sekitar 40 warga dari Pantai Timur mulai mengungsi ke Jayapura dengan menumpang Bus. Demikian laporan sumber ELS-HAM yang saat bersama para pengungsi.

Soal adanya warga dari pantai Timur yang mengungsi ke Jayapura dibenarkan juga oleh S. Karubaba Ketua Klasis Gereja Kemah Injil Indonesia Pantai Utara dan Pulau yang meliputi wilayah Jayapura, Serui,Biak, Nabire dan Sorong. 

Kecamatan Bonggo tiba-tiba jadi terkenal di seluruh Papua sejak tahun 1999, karena ditempat ini dijadikan sebagai basis latihan pasukan TPN/OPM. 

Ribuan pemuda dari penjuru Papua datang berlatih militer setelah itu dilepas kembali ke daerahnya masing-masing. Diperkirakan 8000 pemuda dinyatakan lulus "Akademi Militer Bonggo" yang sudah tersebar di berbagai wilayah di Papua. 

Militer Indonesi sendiri sudah mengetahui aktifitas kegiatan TPN/OPM di Bonggo. Tetapi pa mereka (militer) tidak mengambil tindakan untuk membubarkan markas TPN/OPM. Justru yang terjadi adalah mereka mensuport kegiatan militer di Bonggo dengan mengirim beberapa personilnya untuk melatih pasukan TPN/OPM. 

Ribuan pamuda Papua dari berbagai di daerah dengan terang-terangan masuk-keluar Bonggo tanpa tidak pernah takut terhadap Pos-Pos penjagaan militer Indonesia di sepanjang jalan yang dilalui. Jadi kesannya adalah ada semacama sikap pembiaraan dari aparat keamanan Indonesia terhadap aktifitas TPN/OPM di Markas Bonggo.

Sementara itu Pos kontak ELS-HAM Fakfak meloporkan bahwa pada tanggal 14 April 2001, tiga orang dari kelompok Bintang 14 yakni ; 1 Moses Korwa, 2. Frits Aniset, 3. Otis Hindom mengadakan pertemuan dengan para mantan anggota Aliansi Mahasiswa Papua Barat (AMPB)cabang Fakfak di desa Kinam, kecamatan Kokas. Dalam pertemua itu Moses Korwa mengatakan bahwa dia pemimpin garis keras dari kelompok Bintang 14. Saat ini personil mereka berjumlah 600 orang lengkap dengan senapan api. Mereka sudah membagi Fakfak menjadi 6 sektor wilayah

Dalam sosialisasi itu Moses mengatakan bulan Mei adalah masa persiapan, bulan Juni masa pematangan sedangkan 1 Juli mereka gunakan untuk melaksanakan upacara bendera dengan menaikkan Bintang 14 sekaligus mereka membacakan teks proklamasi kemerdekaan Republik West Malanesia Raya. Kabupaten lain seperti ; Kabupaten Jayapura, Biak, Serui, Manokwari hanya menaikan bendara. Sedangkan Kabupaten Fakfak akan dijadikan tempat proklamasi negara Malanesia Raya akan dipusatkan di stadion 16 November Fakfak.

Menurut Moses, dewasa ini bukan lagi masa Bintang Kejora tetapi masa untuk Bintang 14. Apabila kegiatan merek gagal atau tidak mendapat dukungan masyarakat Fakfak maka mereka mengancam akan membunuh para mantan AMPB cabang Fakfak karena AMPB sudah mengetahui rahasia pembicaraan mereka. Dan AMPB yang selama ini mensuport masyarakat Fakfak untuk tetap mendukung perjuangan faksi Bintang Kejora.

Sosialisasi kegiatan Bintang 14 sudah dilaksanakan di seluruh desa-desa sekitar kabupaten Fakfak.Tanggal 16 Juni, saat sosialisai kelompok Bintang 14 di desa Nembuktep, Frits Aniset mengatakan bahwa kelompoknya menculik dan membunuh warga masyarakat yang melawan himbauan kelompok Bintang 14.

Sementara itu dilaporkan juga bahwa belum lama ini seorang pemuda asal Ambon (Maluku) mengaku dirinya adalah anggota Kelly Kwalik, ia meyakinkan warga Fakfak bahwa dirinya bisa merancang senjata rakitan jenis Pistol, M16, SS1 dan Mouser dan dalam sehari ia bisa merakit 2 sampai 3 senapan rakitan. Ia juga mengaku sudah merancang senjata rakitan di beberapa kabupaten lain di Papua dan kabupaten Fakfak adalah target terakhir dari kegiatannya.

Keterangan yang diperoleh menyebutkan bahwa pada bulan Mei kemarin warga Ayamaru dari kampung Pasir menyerahkan uang sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta Rupiah). juga warga desa Werpeper kecamtan Kokas dan warga desa Werba kecamtan Fakfak Barat pernah menyerahkan sejumlah uang kepada pemuda tersebut. Katanya uang tersebut akan dipakai untuk membeli kayu, bor, pipa, oben dan ala-alat pertukangan lainnya yang bisa dipakai merakit senjata.

Kepala desa Werba pernah menolak kehadiran pemuda tersebut, tetapi ia mengatakan bahwa ia datang ke Fakfak untuk membuat senjata untuk membantu perjuangan rakyat Papua sehingga ia dizinkan tinggal di desa Werbe. Ia juga menyarangkan kepada warga membeli pipa,kawat dan Mesin Las. Untuk memperlancar tugasnya ia dibantu 15 orang.

Situasi menjelang 1 Juli di Papua Barat semakin tak menentu. Di tengah rakyat Papua tersebar kuat issu tentang perayaan kemerdekaan 1 Juli, tapi juga serangan-serangan militer oleh TPN/OPM. (@)

 

More Stories

© 2002 The Diary of Online Papua Mouthpiece