April 2002

2002 | 2001 | 2000 | 1999

Jan  |  FebMar  |  AprMay  |  June  |  July  |  Aug | Sept  | Oct  |  Nov  |  Dec

 

 

4

Hotma Sitompoel: Pemeriksaan Tersangka Pembunuh Theys Senin Depan, Laporan : Angelina Maria Donna, Jakarta, KCM

4 Catatan HAM Akhir Tahun 68H - Pembunuhan Tokoh Masyarakat Papua dan Aceh
4 * News Release Issued by the International Secretariat of Amnesty International, PRESS RELEASE ON HR violations in Indonesia
4 Presidium Dewan Papua Tolak UU Otonomi Khusus
4
4 Pembunuhan Theys, Potret Suram Penyelesaian Papua
4 Theys Murdered By Trained Group
4 Kabar Buruk dan Baik Penyelidikan Kematian Theys

 

     
Thursday, April 25, 2002 01:00:01 AM

Tajuk
12 November 2001 


Pembunuhan Theys, Potret Suram Penyelesaian Papua



Awal pekan ini, kita mendapat kabar buruk dari Papua. Ketua Presidium Dewan Papua, Theys Eluay, ditemukan tewas. Mayatnya ditemukan di dekat perbatasan dengan Papua Nugini. Mobilnya menabrak pohon, yang menahannya untuk tidak meluncur terus ke dalam jurang. Sopir Theys rupanya selamat dan kini bersembunyi. Tetapi, ia sempat menelepon istri Theys malam sebelum jenasah itu diketemukan. Ia mengabarkan kalau Theys diculik. Saat kejadian, Theys sedang dalam perjalanan pulang, seusai ikut peringatan hari pahlawan di markas Kopassus.

Tak heran, bila banyak kecurigaan mengarah ke militer, sebagai pihak di balik kematian Theys. Tudingan seperti ini, misalnya diucapkan oleh Tom Beanal, tokoh Papua yang juga kolega Theys Eluay. Tetapi, kecurigaan ini tentu sulit dicari buktinya. Versi lain mengatakan, Theys mungkin bahkan dibunuh sesama pejuang Papua. Alasannya, belakangan ini Theys mulai kurang galak menyuarakan tuntutan kemerdekaan Papua. Tetapi, lagi-lagi ini hanyalah analisa yang tidak mudah dicarikan buktinya.

Yang pasti, pembunuhan Theys bukanlah perkara kriminal biasa. Ada lingkungan politik yang sangat kuat terasa, dalam kematian tokoh Papua ini. Bulan lalu, parlemen baru saja meloloskan UU Otonomi Khusus Irian Jaya. Undang-Undang itu jauh meleset dari rancangan UU serupa versi orang-orang moderat di Papua sendiri. Apalagi, dalam kacamata para penuntut kemerdekaan, UU itu tentulah dianggap pengingkaran cita-cita mereka.

Setiap bulan Desember biasanya politik di Irian Jaya memang memanas. Bulan itu adalah peringatan hari kemerdekaan, bagi mereka yang menganggap Papua sudah merdeka sejak tahun 60-an. Tahun ini, semangat rakyat Papua merayakan kemerdekaan akan lebih istimewa. Mereka akan menagih janji kepada Dewan Presidium Papua, yang dalam Kongres Rakyat Papua tahun lalu, berjanji akan memperjuangkan kemerdekaan Papua dalam tempo satu tahun. Setidaknya, akan ada laporan penting dari DPP kepada rakyat di Bulan Desember nanti. Ini makin menguatkan dugaan : pembunuhan Theys berlatar belakang politik.

Tetapi, kita mencatat, tidak ada persoalan politik yang bisa diselesaikan tuntas dengan kekerasan semacam ini. Kita tidak bisa meredam aspirasi merdeka orang Papua dengan membunuhi tokoh-tokoh mereka. Kita punya pengalaman sangat pahit di Timor Timur; dan mestinya tidak diulang lagi.

Aspirasi politik saudara-saudara kita di Irian Jaya, hanya bisa diselesaikan dengan perundingan dan kebijakan akomodasi. Sayang sekali, bahwa parlemen tidak banyak menyerap gagasan dalam RUU Otonomi Khusus yang ditulis para cerdik pandai di Papua. Lebih buruk lagi, bila kita memilih jalan kekerasan untuk memaksakan posisi politik Jakarta kepada orang Papua.

Kali ini, Megawati Soekarnoputri mempunyai kewajiban besar untuk menangani persoalan Papua dengan benar. Mengakomodasi kepentingan rakyat, menghindarkan kekerasan dari proses politik. Mega berpeluang mewujudkan nasionalisme yang sejati, bila ia mampu mengendalikan tentara yang dipimpinnya.

Tetapi, ia akan tercatat sebagai presiden biasa saja, yang ikut menghancurkan harapan akan kebangsaan Indonesia, bila kekerasan seperti pembunuhan Theys ini dibiarkan terjadi. Tak ada pilihan lain, Mega harus mengerahkan aparatnya untuk membongkar pembunuhan ini. Dan, mencegah agar tidak terulang lagi.

Editor 68H