Educating the World, for a Free & Independent Confederated Tribal-States of West Papua

 

EDISI CETAK: Halaman 1 Senin, 27 Mei 2002 

RADAR TIMIKA

PT Freeport diserang Kelompok Bersenjata 

TIMIKA – Kantor PT. Freeport Indonesia (FI) yang dikenal dengan OB-I (Office Building), di Kuala Kencana, Sabtu (25/5) dini hari, diserang oleh kelompok bersenjata yang diperkirakan berkekuatan 20 orang lebih. Penyerangan ini, terjadi, sekitar pukul 01:15 WIT dini hari, saat kantor dalam keadaan sudah sepi.

Dilaporkan, para penyerang sempat mengeluarkan dua kali tembakan, dan menyerang security di ruang lobi OB I. Kendati tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, seorang security bernama Salmon Rumkoren, dilaporkan mengalami memar di pundak, akibat terkena hantaman batang kampak. Selain sempat mencederai seorang security, kelompok yang dilengkapi dengan senjata api, bom molotof, kampak, parang dan panah ini, juga sempat membakar peralatan di pos security, berupa buku tamu, pesawat telepon, pesawat faxcimile dan sebuah bendera merah putih.

Selain itu, kelompok ini juga berusaha membakar gedung mewah OB I, dengan menyiramkan dua gallon bensin ke ruangan yang berdekatan dengan ruang kerja Manajer EPO, Tom Green. Namun mereka belum sempat menyulut api, karena aparat segera mengepung OB I. Menurut data, para penyerang ini langsung kabur ke hutan di Kuala Kencana.

Namun sumber Radar Timika menyebutkan, kelompok penyerang yang beranggotakan sekitar 20 orang ini dalam melakukan penyerangan ke OB I Kuala Kencana menggunakan tiga kendaraan masing-masing kendaraan operasional milik PT. Freeport Indonesia, warna coklat muda, taksi kijang kapsul rute Kuala Kencana dan taksi kuning jenis suzuki carry. Dari ke 20 orang tersebut tujuh orang yang melakukan penyerangan ke pos security yang terletak di lobi OB I masing-masing MW, SM, BM, YA dan IW sedangkan sisanya menjaga situasi di sekitar OB I.

Ketujuh orang tersebut diduga salah satunya sebagai anggota TPN-OPM pimpinan Goliath Tabuni yang berhasil dipengaruhi oleh kelompok adat untuk bersama memperjuangkan hak atas dana satu persen dari PT. Freeport Indonesia.

Kelompok penyerang diketahui juga mempunyai kaki tangan yang sampai saat ini masih bekerja dalam lingkungan PT. Freeport Indonesia seperti SA dan AK yang menurut keterangan sumber Radar Timika, merupakan orang yang menyuplai bensin untuk membakar OB I. Sedangkan senjata yang digunakan dalam melakukan penyerangan tersebut kemungkinan terdapat dua jenis senjata serbu SS-I yang sebelumnya berhasil di rebut oleh kelompok Tabuni dari tangan prajurit Yonif 752.

Kronologis terjadinya penyerangan ini, menurut sumber Radar Timika di Kuala Kencana, menyebutkan sekitar pukul 01:15 WIT Sabtu (25/5) dini hari, anggota security yang bertugas di OB I, melihat ada seseorang sedang mengendap-endap di luar kantor OB I. Namun security tidak merasa curiga akan ada penyerangan, karena dia menyangka bahwa orang itu adalah orang mabuk.

Oleh sebab itu, security keluar lewat samping untuk melihat orang itu. Namun saat security keluar, tujuh orang lainnya langsung masuk dari depan. Mereka dilengkapi dengan senjata api, kampak, panah, bom molotof. Melihat keadaan berbahaya, salah satu anggota security, Marthen Parerungan yang jaga di pos, langsung meloloskan diri ke arah OB II. Menurut informasi, para penyerang sempat mengokang senjata dan mengejar Marthen Parerungan di arah pintu OB II. Namun karena pintu tersebut hanya dapat dilewati oleh orang yang memegang kartu identitas, sehingga para pengejar ini terhambat di pintu. Sekalipun mereka sempat mengampak pintu, tetapi pintu tersebut tetap kokoh dan tidak bisa dilewati. Pada saat itulah Marthen Parerungan punya kesempatan lolos dan menelepon aparat untuk minta bantuan.

Motif penyerangan terhadap OB I sampai saat ini belum diketahui dan masih dalam penyelidikan polisi. Namun dari informasi yang berhasil dikumpulkan Radar Timika menyebutkan, kemungkinan dilakukan oleh kelompok yang tidak puas dengan tertundanya pembicaraan mengenai batas wilayah kontrak karya yang telah diolah oleh PT. Freeport Indonesia di daerah Grasberg. Kelompok tersebut mengklaim, bahwa tambang yang ada di Tembagapura saat ini telah memasuki Wilayah Kecamatan Ilaga sejauh 18 kilometer, sehingga masyarakat di kecamatan tersebut merasa juga berhak atas kucuran dana satu persen. Tetapi karena hingga saat ini belum ada kepastian mengenai keputusan dari PT. Freeport Indonesia mengenai tuntutan masyarakat tersebut, membuat kelompok tersebut tidak sabar dan akhirnya melakukan penyerangan.

Sementara itu Kapolres Mimika AKBP Drs. H. Sumarjiyo saat dikonfirmasi Radar Timika kemarin, membenarkan peristiwa ini. Menurut Kapolres, terjadinya peristiwa ini pihaknya bersama dengan Satgas Yonif 515 Kostrad langsung melakukan pengejaran. Selain itu pihak kepolisian saat ini juga telah meminta keterangan dari tiga orang security yang bertugas pada malam kejadian masing-masing Salmon Rumkorem, Yulianus Mote dan Marthen Parerungan.

“Sedangkan empat warga masyarakat yang pada malam kejadian kami tangkap di sekitar Mile 32, saat ini kami lepaskan karena mereka diketahui tidak mempunyai hubungan dengan peristiwa tersebut,” ujar Kapolres. Pihak kepolisian lanjut Kapolres, tetap akan menyelediki latar belakang penyerangan tersebut, walaupun saat ini beredar berita bahwa kasus tersebut berhubungan dengan batas wilayah tambang dan pembagian dana satu persen.

Sementara pihak PT. Freeport Indonesia, hingga semalam belum berhasil dikonfirmasi tentang kebijakan apa yang diambil setelah terjadi penyerangan ini.

Important News

Foreign Affairs, Defense and Trade Reference Committee on  Australia’s Relationship with PNG and the island states of Oceania

The right of peoples to self-determination in the prevention of conflicts 

Pemberlakuan Otsus Harus Memberdayakan Putra Papua

issue 344 - April 2002, New Internationalist Magazine's Speial Edition on West Papua, by Chris Richards and Paul Kingsnorth

 
 
   
© Copyright 1999-2001. All rights reserved. Contact: Tribesman-WEBMASTER   Presented by The Diary of OPM