Rabu, 29 Mei 2002, 21:18 WIB
Pondok Pesantren Al-Mukmin Bukan Sarang Teroris
Solo, Rabu
Wapres Hamzah Haz menegaskan, Pondok Pesantren (Ponpes) Islam
Al-Mukmin Ngruki Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa
Tengah, bukan tempat sarang teroris tetapi yang ada masyarakat yang nyantri belajar agama Islam.
"Silahkan datang kalau masih ada yang tidak percaya mengenai kegiatan santri di pondok
ini," kata Wapres Hamzah Haz yang didampingi Ibu Nani Hamzah Haz ketika bersilaturahmi dengan para ulama dan masayakat Ponpes Islam
AL-Mukmin Ngruki, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Rabu.
Ponpes itu merupakan simbol kegiatan Islam di negeri ini, untuk itu semuanya tidak ada yang menginginkan di tempat itu masuk jaringan
Al-Qaedah atau sebagai sarang teroris.
Semuanya sudah diselidiki dan juga tidak ada dana dari luar negeri yang masuk ke Bank Indonesia (BI) untuk disalurkan ke Ponpes
itu.
"Anda semua mengerti termasuk wartawan asal luar negeri, bahwa Direktur Ponpes itu untuk melaksanakan pembangunan saja minta bantuan guna mengembangkan pondok
tersebut," kata Wapres.
Ia mengatakan, kalau ada berita-berita jaringan AL-Qaida itu masuk pada jaringan-jaringan Islam bergaris keras itu juga tidak
benar.
"Saya bilang Indonesia tidak ada yang masuk jaringan AL-Qaida, itu memang
kenyataannya, tetapi kalau ada tidak disuruh saja sudah saya tangkap
sendiri," katanya.
Ponpes selain mempelajari ilmu agama juga merupakan pusat pendidikan ilmu
lainnya, maka dalam mengejar ketinggalan di bidang dalam sumber daya manusia
(SDM) juga perlu untuk melakukan perubahan kurikulum
pendidikannya.
Peningkatan SDM itu sangat penting, jangan seperti dulu lagi pembangunan di segala bidang dilaksanakan, tetapi justru untuk pendidikan hanya diberikan anggaran minim.
Dalam era Otomi daerah ini para Bupati/Walikota harus memberikan porsi anggaran yang besar pada pendidikan dalam meningkatkan SDM.
"Negara kita ini sebenarnya mempunyai sumber daya alam yang melimpah baik di laut, maupun udara, tetapi kenyataannya sekarang kita malah dilanda krisis ekonomi dan bahkan multidimensi, Hal ini disebabkan faktor pendidikan dulu kurang diperhatikan," katanya.
Untuk itu semua para bupati/ Walikota dalam menentukan kebijakan pembangunan jangan salah lagi, sebab kalau ini terjadi masa depan bangsa ini akan bertambah suram.
Krisis yang dialami bangsa ini bukan merupakan pekerjaan ringan untuk menyelesaikannya dan dalam memulihkan seperti dulu perlu waktu dan sampai tahun 2004 saja belum bisa pulih total, katanya.
Lambannya pemulihan ini salah satu faktor penyebabnya karena pendidikan zaman dulu salah dan hasilnya yang sepeti sekarang, lain halnya dengan negara-negara lain untuk program tersebut diperhatikan secara serius, kata Wapres.
Hal itu bisa dilihat di Malaysia yang pada tahun 1970-an minta bantuan guru dari Indonesia, dan sekarang sudah terbalik ternyata Indonesia ketinggalan dengan negara tetangga ini.
Hamzah Haz juga mengatakan Wapres sekarang dengan dulu beda dan sekarang ini tinggal cuci piring saja, tetapi ternyata banyak juga yang berminat menjadi presiden dan Wakil presiden.
Direktur Ponpes Islam AL-Mukmin Ngruki Drs H.Farid Macruf mengatakan, para santri yang ada itu selain belajar ilmu agama juga diberikan pendidikan lain dan juga olahraga.
Untuk para santri putra pada umumnya dibekali olahraga beladiri dan memang pondok itu kegiatannya tidak bisa dilepas dengan beladiri selain belajar agama.
"Jadi kalau ada anggapan para santri yang belajar beladiri itu terus dikaitkan sebagai pusat pendidikan teroris itu jelas tidak benar," katanya.
Jumlah santri putra/putri di pondok ini ada 1.964 orang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Hadir pada acara tersebut Gubernur Jawa Tengah H.Mardiyanto berserta istri, Menteri kesehatan Achmad Suyudi, Menteri Negara Pariwisata dan Kebudayaan I Gede Ardika dan tamu undangan lainnya.(Ant/jy)
http://www.kompas.com/utama/news/0205/29/101848.htm
|
|