|
|
Bintang Kejora Sudah Berkibar sejak dulu, Kini saatnya untuk Mempertahankannya agar Tidak Dipermainkan oleh Siapapun Juga, termasuk oleh
Orang Papua
Wawancara Ekslusif dengan Gen. TPN PB Mathias Wenda, Panglima Tertinggi TPN/OPM
CEB-WPNews - Papua Barat. Memonitor kegiatan HUT Kemerdekaan Papua Barat ke 42 hari ini (1 Desember 2003), WPNews melakukan
wawancara langsung per telepon, menanyakan satu hal penting yang nampak berbeda dari peringatan-peringatan HUT sebelumnya:
"Mengapa Sang Bintang Kejora tidak dikibarkan seramai tahun-tahun sebelumnya paska era Orde Baru?"
Gen. TPN PB Mathias Wenda selaku Panglima Tertinggi TPN/OPM menyampaikan pendapatnya, "Bintang Kejora Sudah Berkibar sejak
puluhan tahun lalu, dan mulai dikibarkan dengan ramai berkali-kali belakangan ini. Yang perlu diperbuat saat ini adalah
tindakan-tindakan untuk mempertahankan Bendera itu sehingga Sang Bintang Kejora Berkibar terus selama-lamanya, tanpa
diturunkan oleh pihak penjajah."
Berikut petikan wawancara dimaksud.
WPNews: Selamat Pagi dan Selamat HUT Kemerdekaan Papua Barat ke 42.
Gen. TPN PB Mathias Wenda (TPN/OPM): Selamat Pagi dan Selamat HUT Kemerdekaan Papua Barat ke 42 untuk kamu dan untuk seluruh
rakyat Papua di seluruh muka bumi.
WPNews: Dalam rangka HUT ke 42 Papua Barat ini, kami mau menanyakan pendapat Bapak Panglima tentang situasi peringatan HUT ke
42 hari ini, kelihatan dingin-dingin saja, tidak ada kegiatan perayaan hari besar ini seperti tahun-tahun sebelumnya. Tidak
ada pengibaran Bintang Kejora dan kegiatan lain tahun ini. Apa pendapat Bapak selaku Panglima Tertinggi TPN/OPM?
TPN/OPM: Menurut saya tidak ada yang dingin-dingin, yang ada hanya sebatas perubahan taktis, disesuaikan dengan
tindakan-tindakan regime sekarang yang melebihin regime Orde Baru.
WPNews: Jadi, maksudnya apa yang terjadi sekarang memang berdasarkan kebijakan TPN/OPM? Bukanlah itu karena
pelarangan-pelarangan yang dilakukan Muspida Papua?
TPN/OPM: Ya, itu maksud saya. Kebijakan kami disesuaikan dengan tindakan-tindakan NKRI di tanah air. Jadi, kami tidak bisa
berjuang membabi-buta. Jadi, alasannya karena kedua-duanya, karena keduanya saling mempengaruhi dan saling berhubungan.
WPNews: Bukankah itu berarti bahwa semakin NKRI menekan rakyat Papua, maka kebijakan TPN/OPM akan semakin disesuaikan dengan
tindakan itu, maka perjuangan rakyat Papua akan semakin dimatikan?
TPN/OPM: Bukan begitu. Yang benar kan apa yang terjadi sesuai dengan keinginan rakyat Papua, yaitu untuk berjuang secara
damai, sehingga apa-apa saja yang bisa menimbulkan kekerasan dan perang secara fisik, yang berlawanan dengan deklarasi dan
keinginan rakyat Papua. Jadi, yang terjadi hari ini kan sesuai dengan itu. Maka saya bisa katakan orang Papua menang, karena
yang terwujud hari ini adalah aspirasi rakyat Papua.
WPNews: Bukankah yang terjadi hari ini justru keinginan NKRI karena justru Muspida yang melarang kegiatan-kegiatan melanggar
hukum Indonesia, sehingga orang Papua tunduk kepada larangan itu?
TPN/OPM: Bukan. NKRI justru menginginkan kekacauan dan pertumpahan darah. Mereka sudah mulai bunuh orang Papua di Wamena,
mengacaukan keadaan di Timika, mereka sudah mulai mendeklarasikan Provinsi Irian Jaya Barat, memacetkan program Otsus, dan
sebagainya, yang tujuannya hanya satu: mengacaukan Papua Barat dan membunuh orang Papua. Justru orang Papua menang dalam hal
ini, karena keinginan NKRI itu ternyata tidak terwujud. Pelarangan-pelarangan itu dan tindakan-tindakan kekerasan lainnya
justru bertujuan untuk memicu kekerasan dan pertumpahan darah, bukan sebaliknya. Justru dengan alasan itu maka jelas rakyat
Papua menang.
WPNews: Yang menjadi patokan NKRI adalah bahwa karena tidak ada pengibaran Bendera Bintang Kejora atau peringatan HUT
Kemerdekaan Papua Barat ke 42 secara besar-besaran di Tanah Papua, maka mereka berhasil mengendalikan situasi tanah Papua dan maka dengan demikian aspirasi "M" ditekan, yang menjurus ke arah mematikan aspirasi "M".
TPN/OPM: Oh, ya, itu pandangan kalian, karena kalian terlalu banyak mengikuti manipulasi media masa NKRI di situ. Kebenaran
yang ada adalah bahwa, pertama: orang Papua di manapun dan siapapun sudah tahu dan yakin bahwa mereka bangsa lain dan karena
itu mereka layak punya negara sendiri. Itu dasar utama. Kedua, NKRI dan orang Indonesia sudah tahu juga bahwa orang Papua
sudah merdeka tahun 1960-an dan kemudian dicaplok secara paksa atau dengan kekerasan militer oleh NKRI dan karena itu mereka
mau keluar dari NKRI dan kembali kepada status semula sebagai bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat. Itu orang
Indonesia sudah tahu, dan itu keberhasilan orang Papua. Terakhir, dunia sudah tahu aspirasi, sikap, posisi, dan
tindakan-tindakan orang Papua. Itu yang lebih penting. Mereka semua tahu bahwa tahun ini rakyat Papua menang, dan bahwa
rakyat Papua tahu apa yang mereka sedang perbuat. Itupun kemenangan perjuangan Papua Merdeka. Jadi, apa yang terjadi bukan
mematikan aspirasi "M", tetapi justru memupuk dan memperkuat perjuangan kita.
WPNews: Patokan Indonesia sekarang ini kan bahwa tidak ada kegiatan seperti sebelumnya berarti aspirasi semakin mati. Itu
sebabnya kami pertanyakan.
TPN/OPM: Kalian dan semua bangsa Papua tidak perlu memakai patokan NKRI. Kita punya patokan sendiri. Dan patokan itu adalah
bahwa: Bintang Kejora Sudah Berkibar sejak lama, Kini saatnya untuk mempertahankannya agar Bendera Kedaulatan Bangsa Papua
itu tidak dipermainkan oleh siapapun juga, termasuk oleh Orang Papua" Termasuk menaikkan dan menurunkan Bendera Negara itu
secara tidak terhormat juga tidak boleh.
WPNews: Jadi, sikap tidak menaikkan Bintang Kejora karena tahu bahwa Bendera itu akan diturunkan secara paksa oleh TNI/Polri
adalah langkah yang positif?
TPN/OPM: Saya kira begitu. Dan saya harap rakyat Papua punya penilaian seperti itu, karena kalau tidak, kita akan termakan
oleh politik kotor NKRI.
WPNews: Apa pesan Bapak kepada bangsa Papua dalam rangka HUT Kemerdekaan Papua Barat ke 42?
TPN/OPM: Saya sebagai pribadi dan selaku Panglima Tertinggi TPN/OPM dengan ini mengucapkan
SELAMAT HUT KEMERDEKAAN PAPUA BARAT ke 42. MERDEKA HARGA MATI!
|