Educating the World, for a Free & Independent Confederated Tribal-States of West Papua

 

Senin, Juni 10, 2002 02:18:19

Subject: APPROACHING THE YEAR 2003 ( MENJELANG TAHUN 2003)



Sobat Papua,

Terutama Senior Mr. Melanesia, Yunior Diaz, Yunior Otto Motte, Sobat Otto Ondoame dan tentu diharapkan ada clearance dari Wapupi dan Jokuf ataupun ade John Norotow dan menjadi tahu bagi Bung Yoris Raweyai masing-masing di/dari sudutnya.

Sinyalmen Senior Mr. Melanesia itu tidak saya bantah atapun komentar lebih jauh. Semuanya kita kembalikan kepada Bung Yoris kalau dianggap yang sebelumnya itu belum terlalu jelas. Apakah Jihat dan Pemuda Pancasila itu berada dalam keterkaitan ranting cabang itulah soalnya. Bumi hangus Pasar Glodok yang mayoritas Turunan Cina bulan Juni 1997 oleh pasukan yang mengacung-acungkan simbol Islam disertai teriakan Allahu Akbar. Sama meskipun tidak persis dengan yang menyerbu Kantor PDI yang dipimpin Megawati waktu itu. Apakah TNI/POLRI, Islam, Milisia atau apa. Saya tidak terlalu tahu, tetapi di sana ada soal. Siapa serang siapa. Islam serang Islam. Cina serang Cina. Lalu Milisia serang siapa begitupun dengan TNI/POLRI. Pasti ada berbagai faksi di dalam yang saling memiliki keterkaitan kepentingan. Apakah dari situ cikal bakal ada Jihad mungkin juga tidak, tetapi memang jAHAT-nya sama. MEMBUNUH MANUSIA CIPTAAN TUHAN.

Terlepas meskipun tidak seluruhnya dari yang di atas itu, kita di Papua tentu punya kepentingan. Nilai yang terpenting bagi kita adalah kejujuran, mau berkorban bagi perjuangan Bangsa Papua. Bung Yoris memang menunjukkan yang satu ini. Saya secara pribadi tidak ragu. Persoalan kita adalah perjuangan itu harus punya fase akhir bukan mau dibawa berputar-putar. Kejujuran. Apapun dari mana asalnya kata akhirlah yang menjadi patokan sampaipun berobah menjadi sebuah renungan-suci. Dari manakah Lazarus memperoleh uang makan untuk menjamu Yesus di rumahnya kalau bukan dari hasil "pemungut cukai-nya? Begitu pula si sundal yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu yang mahal harganya. Itu, bukankah dari hasil sundal-nya? Ini tentu berbeda dengan Murid Yesus, Yudas Iskariot yang menjabat pemegang pundi-pundi. Pejabat perbendaharaan Tuhan yang penuh dengki, culas dan putar bale. Apakah nilai yang masing-masing kita berikan tentu dalam nuansa ini. Memang ada perbedaan.

Perbedaan inilah yang mau saya tekankan kepada Yunior Octo Mote. Sahih perjuangan Rakyat Bangsa Papua itu apa? MINTA MERDEKA atau TUNTUT PENGEMBALIAN HAK KEDAULATAN 1 DESEMBER 1961. Saya kalau tidak salah yang Tuan Muda Mote turut siapkan itu, delegasi Tim-100 dijawab Habibie, "Plang dan Renungkan Lagi". Itukan "MINTA MERDEKA". Sementara sebelum Tim 7 (namakan saja begitu) yang terdiri dari Kepala Adata (LMA) dengan diantar oleh juga oleh seorang Octo, yang ini Atatruri yang menjabat Wakil Gubernur menghadap Suharto berkata tentang Pengembalian Hak Kedaultan bukan Minta Merdeka. Memangnya Indonesia itu tukang bikin merdeka. Ada saol apa!!! Apa haknya!!. Maka kalau ada yang bilang "MENGAPA PAPUA MAU MERDEKA" sudah bisa ditebak dari mana dan kemana dia. Sementara sensi perjuangan sesungguhnya adalah bukan MINTA MERDEKA tetapi TUNTUT PENGEMBALIAN HAK KEDAULATAN 1 DESEMBER 1961 dari Indonesia, PBB, dan Belanda. Maka sesungguhnya tidak perlu ada opsi M,O,F. Ketiga-tiganya memang tidak pas dengan nurani Perjuangan Papua.

Ada yang tidak pas. Ada yang mau bawa putar-putar? Sudah sejak awal ada salah duga tetapi juga pemeliharaan kebersamaan mengalahkan semuanya. Teduh, Tenang, tetapi sampai berapa jauhkah kepura-puraan ini? MUBES yang memang ada pihak yang mau sebut MUSDA saja supaya Pemerintah Indonesia tidak marah sudah dalam kanca perbedaan seperti itu. Memang ada urusan apa MUSDA, kaya KNPI saja. Maaf. Tetapi terlihat ada kejanggalan. Dua malam menjelang pengibaran Bendera Bintrang Kejora tanggal 1 Desember 1999 saja ada dua seruan, Yang satu jelas dari Pemimpin Papua Theys Hiyo Eluay yang satunya dari Jalur Politik?. Kemudian, baru pada MUBES barulah kita tahu karena rupanya 7 Pilar yang selama ini berjuang (Adat, Agama, Perempuan, Pemuda, Mahasiswa, Eks-Tapol, Profesi) ditambah lagi dua pilar. Muncul Pilar Jalur Politik dan Pilar Pengungsi. Pilar Jalur Politik katanya untuk membedakan dari Pimpinan Adat. Apakah Adat dan lain pilar itu tidak bicara politik? Di sanalah kejanggalan itu. Lalu Franzalberth Yoku yang nota bene pengungsi dari PNG mewakili Pilar Adat bersama Theys Hiyo Eluay. Mana yang mana ini. Terakhir Tom Beanal dari Pilar Jalur Polik jadi Ketua Dewan Adat. Masih bicara politik juga-kah? 

Saya menilai sebagai conditioning, MUBES sudah menata semuanya untuk langsung take-off. Bukan main karena mau main-main? Kita sudah punya Komunike lalu mengapa ada Resolusi lagi? Kongres Nasional II Papua , 2000 harusnya menghasilkan Manifesto berikut sebagai wujudnyata tindaklanjut Kongres Nasional I Papua, 1961. Pantaslah kalau mau disebut MUSDA. Terlepas dari apapun namanya apakah Transisi, Provisional, de-jure-de-facto tetapi yang terang adalah Waktu Tuhan yang disia-siakan. Memang dalam Ruang Sidang Kongres ada yang aneh-aneh. Dari Sidang Komisi sampai Pleno. Ada manwen yang jelas-jelas dikenal sebagai adanya maupun ada yang terselubung, Satu pertanyaan. Bolehkan TNI/POLRI menyerang masa yang begitu banyak? Jumalahnya 5000 orang persis seperti yang diberi makan oleh Yesus usai Hotbah Di Bukit. Bolehkah Indonesia menyerang yang bersama masa itu wartawan Luar dan Dalam Negeri serta peninjau (walaupun bukan resmi) dari Jepang, Australia, Perancis, Swis, Ghana, Lyberia, Papua New Guinea termasuk Australia pada waktu itu? Saya kira tidaklah demikian. Walaupun nantinya Don Flassy akan dipenjara bersama para pemimpin lainnya samapaipun dibunuh tetapi sesuatu itu telah ada. Sudah terjadi pemutusan resmi oleh rakyat melalu Kongres yang bermartabat. Waktu sekarang adalah menindaklanjutinya sehingga teman-teman yang hadir di New York pada Milleneum Summit adalah Wakil dari sebuah de-facto-de-jure meskipun terpaksa menjadi buntut dari dua negara kecil Vanuatu dan Kiribat dari Melanesia dan yang lainnya. Satu hal pasti bahwa pra-syarat dukungan dari dua negara sudah serta-merta kita katongi dari Barak Sope Perdana Menteri Vanuatu yang waktu bertindak selaku Chairman of Melanesian Spear Head Group. Pasti dukungan akan merambat juga pada kelompok Micronesia dan Polynesia yang kesemuanya adalah anggota dari Pacific Island Forum. Itu yang saya lihat, bukan berapriori.

Dari tulisan ini dan seterusnya, paling tidak, pembaca Mail-List PIF, ada ketetapan. Apa. Minta (alias mengemis, bergering) Merdeka ataukah secara bermartabat berjuang TUNTUT KEMBALIKAN HAK KEDAULATAN PAPUA 1 DESEMBER 1961. Itu dulu saya rasa, esensinya harus jelas. Bukan asal apapun terjadi, tidak boleh ada penjajahan di Papua. Siapa bilang Papua dijajah. Yang menjajah itu Belanda? Sudah selesai. Sejak tahun 1963-1969 sampai sekarang adalah proses ke arah kedaulatan. Adanya Indonesia di Tanah Papua itu adalah salah prosedur sejarah. Karena itu perlu ada PELURUSAN SEJARAH yang sudah disuarakan pada Pengibaran Bendera Bintang Kejora Memperingati 38 Tahun Deklarasi (Manifesto) Papua. Betul, tetapi lebih dahulu harus kita decleare how and what we realy are?!! Kalau modelnya yang penting Indonesia tidak ada dulu baru kita tentukan, maka itukah suara dari sebuah penghianatan? Banyak tentu harus masih diperjelas. Tetapi harus ada yang pasti. 

Otto Ondoame tarulah sesungguhnya bisa menjelaskan mengapa bukan nama Pemerintahan Revolusioner Papua yang digunakan setelah Prokalmasi Marvik 1 Juli 1967, tetapi malah menjadi OPM. Itu nama dari mana? Senior Melanesia bisa kasi tahu ini juga sementara di dalam sini ada Terry Aronggear dan lain-lain yang terlibat dalam Pilar Sejarah bisa kasih tambahan. Tetapi baik Ondoame ataupun Mote diharapkan analisis akademisnya. Bangaimana sesungguhnya ini. Saya sendiri dari generasi jaman inipun tidak mengerti. Apakah nama ini sama dengan GAM di Aceh sehingga bisa dipakai nama GPK/GPL dan seterusnya Saparatis yang untuk itu Jihad dan Milisia Barisan Merah Putih memiliki legalitas membasmi? Ini perlu sehingga kalau ada OPM turun gunung dan menyerah bukan itu sesungguhnya, karena ada lagi para pejuang itu (TPN/OPM) tetap terpaksa menahan diri selama proses perdamaian ini berlangsung. Bukankah lagi ada kampanye Papua Zona Damai? 

Mari kita satukan pandangan. Rakyat memang bingung (atau bi-nun) sementara ada pihak yang berencana menertawai PDP. Tetapi tidak jarang juga kebingungan rakyat itu balik menertawakan mereka yang berencana menertawai PDP. Bagaimana ini. Langkah PDP ini? Begitulah. Di era yang tidak semuanya bisa transparan cukup hanya bisa terka nenerka. Bukan berarti tidak ada one-man-show-the play. Itu ada jelas. Hanya kita berdoa kepada Tuhan yang memungkinkan adanya perjuangan ini. Sekali kalau lidahnya mau membelit kepentingan Otonomi sebagai penerjemahan HAK-Hak Dasar hasil Kongres, saya rasa Yunior Octo Mote juga pasti bersikap. Seiring dengan ini saya menyatakan kesedihan saya karena hanya 75 suara/penandatangan yang mendukung Petisi Kepada Marry Robinson untuk International Reportoir terhadap perkara terbunuhnya pemimpin Papua Theys Hiyo Eluay dan kejahatan Indonesia di Papua selama ini. Itukah jumlah pembaca dan anggota PIF? Yang benar saja ini. Bicara kutu(K) busu(K) alias virus Indonesia samapai hanpir dua bulan tetapi untuk mendukung dua petisi bangsa yang antara lain juga hasil kerja dan jerih paya PDP malah tidak. Ok-lah.

Pasti juga bahwa Tuhan tidak membiarkan satu orang pun bertepuk dada akan kebolehannya dalam perjuangan. Tetapi memang musuh kita adalah putar bale. Ada kelompok Austronesia yang alias sebagaimana disebutkan Senior Mr. Melanesia tentang adanya itu sampai sekarang dengan nama Dewan Melanesia, Bintang Empat Belas, Kongres Papua New Guinea dan macam-macam lagi itu sudah bentuk Badan Negara. Tuan A.S. Kalile adalah Presiden Papua (bukan Melanesia Barat) sebagai Pemuka dari OPM dan Jack Rumbiak adalah Menteri Luar Negeri. Konon khabarnya pembentukan itu dilakukan di Wewak. Dalam konferensi ini hadir Menteri Senior PNG Michael Somare dan Negarawan John Momis. Hebat. Pendeta Terry Yokus yang mewakili PPD menjabat selaku Menteri Dalam Negeri menjelaskan hal ini dalam sebuah Rapat Rekonsiliasi yang disponsori Tuan John s. Mambor dari Pilar Ex-Tapol Papua. Yoku mewakili PDP tanpa mandat, sementara dari Sekjen Alhamid sudah ada suarat PDP bahwa Pertemuan dimaksud adalah di luar Agenda PDP aldus Agenda bangsa Papua Hasil Kongres Nasional II Papua 2000, maka PDP untuk itu tidak hadir dan memang tra-perlu. Dari keterangan Wakil Pemerintah (KONJEN) PNG di Hollandia, tidak membenarkan ada rapat semacam itu. Yang paling pasti ada yaitu apabila ada KKR. Masa Menteri senior Somare dan Negarawan Momis bisa sepi dari pers? Berangkat tengah malamkah apa. Mungkin yang ada itu Michael Karetkah atau John siapa lagi? Biasa. Keluar Negeri mau ambil "merdeka" sehingga orang harus menyumbang dana. Karena besar kecilnya dana akan menentukan jabatan yang diberikan sang Presiden. Kalau besar pasti jadi Menteri tetapi yang kasih kecil jadi Mantri-kah? Itu bukan dengan duka dan paksa. Bukan pemerasan, cuma beberapa Kepala Desa di Ayamuru yang telah kehilangan uang BANGDES-nya setahun karena dia kasih sama tuan "ambil merdeka", nanti dapat imbalan apa? Ini bukan pemerasan? Cuma rela-paksa. Tentang betul tidaknya Konfrensi Wewak itu kita pelu klarifikasi Wapupi, Jokuf atapun adik John Norotow . Ini penting segera. Karena pihak ini bilang dari Raja Fiji ada dana bantuan untuk kampanye ke Afrika. Betulkah? Yang kita tahu, Fiji baru sembuh sakit karena Perang Saudara jadi pasti perlu uang banyak untuk obati diri/re-covering. Kita luruskan yang ini.

Proses ini harus tetap mengacu pada PERJUANGAN PENGEMBALIAN KEDAULATAN PAPUA 1 DESEMBER 1961. Di sanalah kebenaran. Di sanalah Sejarah itu. Kita berproses. Kita berada dalam transformasi. Didalam Transformasi ada kewajaran evolusif. Sementara di pihak Bangsa Indonesia ada Reformasi yang berangkat dari Revolusi. Maka kehancuran formatlah yang akan terjadi melalui reformasi itu karena tuntutan revolusi, harus berobah total. 

Saya punya bukan sekedar hanya mimpi tapi keyakinan. Mau putar-bale sampai jadi apapun, kebenaran ada pada akhirnya. Bicara seperti ini saya tidak tahu corak perjuangan kita masing-masing. Apakah untuk kita sendiri atau untuk orang lain. Saya pernah dikatakan sebagai penari dari sebuah sistem yang menabuh tifa. Benarkah itu sifat Don Flassy, walahu-alam, wi-sabab. Tetapi putar bale untuk kepentingan dan membawa beban ke dalam perjangan suci Bangsa Papua, tentu ada batas waktunya Tuhan bertindak.

Mari berbenah diri menghadapi Era Pasar Bebas 2003 dengan prinsip yang sungguh Papua Baru ada di sana Papua Yang Berdaulat atas foundament 1 Desember 1961. Adat akan menjadi Leading kita selaku Kepala Negara (President) maka sistem dan birokrasi politik menjalankan fungsinya selaku Penyelenggra Negara (Prime Minister) dalam skala yang tegas, jelas bukan kompromi tetapi solidaritas maka ada oposisi sebagai kontrol terhadap pemenang Pemilu dan Adat dalam posisinya menjadi Perimbang Bermartabat Bangsa.

Prinsip Melanesia-Papua: SATU BANGSA, SATU JIWA, SATU SOLIDARITAS atas landasan KASIH, SETIA dan JUJUR (One People, One Soul, One Solidarity base on Mercy, Allegency and Honest).

Don A.L. Flassy, MA
Presidium Dewan Papua. 

 

Important News

Indonesia: Disintegration of the Last Great Colonial Power?, By Kerry B. Collison

ARMED CONFLICTS REPORT 2001: Indonesia - Irian Jaya (West Papua) (1969 - first combat deaths)
Update: January 2002

The Amungme, Kamoro & Freeport : How Indigenous Papuans Have Resisted the World's Largest Gold and Copper Mine, by Abigail Abrash

West Papua campaign launched at UN

International law and w. papua's right to independence By pwagner@wnec.edu

HRW World Report- Indonesia

Views and Positions of the Government of Indonesia Regarding Human Rights

Amnesty International Annual Report 2002
released May 28, 2002,
Covering events from January - December 2001, INDONESIA

Indonesia- Ending Repression in Irian Jaya

Why I Wrote the book on Theys Eluay's assassination? by Sem Karoba

Amnesty International Annual Report 2002
released May 28, 2002,
Covering events from January - December 2001, INDONESIA

Papuan leaders want troops withdrawn

WASIOR BRACES FOR AN IMMINENT MILITARY OPERATION

Timor Lorosa'e President's Opinion on the Contrary to Jose Ramos-Horta's opinion on Supporting Independence Movement in Aceh and West Papua

Papuan Representatives Heading to Jakarta to Meet Mega-Hamzah Government

Fighting talk as independence movement gambles on action

Foreign Affairs, Defense and Trade Reference Committee on  Australia’s Relationship with PNG and the island states of Oceania

The right of peoples to self-determination in the prevention of conflicts 

Pemberlakuan Otsus Harus Memberdayakan Putra Papua

issue 344 - April 2002, New Internationalist Magazine's Speial Edition on West Papua, by Chris Richards and Paul Kingsnorth

 
   
© Copyright 1999-2001. All rights reserved. Contact: Tribesman-WEBMASTER   Presented by The Diary of OPM