|
 |
|
Proyek Liquefied Natural Gas (LNG) Tangguh yang dibangun di Teluk Bintuni, Kabupaten Manokwari, Papua, memberikan harapan besar bagi masa depan Papua dan Indonesia umumnya. Produksi LNG Tangguh milik Pertamina dan British Petroleum (BP) Indonesia akan dipasarkan ke Cina. Produksi awal sebanyak dua train dengan produksi tujuh juta ton LNG per tahun.
Humas LNG Tangguh Erwin Maryoto didampingi Novitri Lilaksari kepada pers di base camp, Kamis (31/1), mengatakan, sesuai rencana kerja, gas alam diambil dari lapangan gas di sekitar Vorwata dan Desa Wiriagar yang berada di bawah laut, dan diangkut melalui pipa bawah laut ke lokasi pengolahan di sebelah selatan teluk, yakni Tanah Merah.
LNG Tangguh adalah proyek kerja sama BP Indonesia dengan Pertamina. BP Indonesia mengambil nama dari BP Amoco, kelompok perusahaan internasional yang bergerak dalam bidang minyak bumi dan petrokimia. Perusahaan ini beroperasi di lebih dari 100 negara dengan kapitalisasi pasar sekitar 200 milyar dollar AS.
Bidang kegiatan meliputi eksplorasi dan produksi minyak mentah serta gas alam, penyulingan minyak, pemasaran, pemasokan, dan pengangkutan hidrokarbon.
Hingga saat ini BP Amoco telah menginvestasikan lebih dari 1 milyar dollar AS di Indonesia antara lain pada BP Oil dan Gas, BP Solar dan BP Chemicals, dan pada sejumlah usaha patungan, yakni PT Petrokimia Nusantara Interindo, PT Amoco Mitsui PTA Indonesia, PT Polytama Propindo, dan PT Kaltim Prima Coal.
Proyek ini melewati tiga batas administrasi kecamatan yakni Babo yang akan menjadi pusat kilang LNG, sementara Kecamatan Arandai dan Kecamatan Bintuni masing- masing akan menjadi lokasi pengembangan lepas pantai. Lingkungan daerah proyek ini memiliki karakter yang dinamis, kompleks, dan unik.
Dua train akan dibangun dalam dua fase. Train pertama dijadwalkan mulai berproduksi tahun 2006 sebesar 3,5 juta ton per tahun. Permulaan produksi train kedua kira-kira enam bulan kemudian, juga 3,5 juta ton sehingga produksi rata-rata per tahun sebesar tujuh juta ton LNG.
"Kemungkinan besar kapasitas produksi LNG akan ditambah pada masa yang akan datang tanpa memerlukan tambahan lahan. Telah diproyeksikan sebelumnya, cadangan gas dari dua lapangan alam utama dapat mendukung lima train proses LNG, dengan tambahan eksplorasi kemungkinan akan bertambah menjadi delapan train," jelas Erwin.
Pasar di Cina sudah membuka tender untuk tujuh negara, namun pada akhirnya hanya tiga negara yang lolos, yakni Indonesia, Qatar, dan Australia. Ketiga negara ini akan merebut pasar Cina.
Pertengahan tahun ini, kepastian pasar Cina diputuskan bersama. Selain Cina, negara yang berminat membeli LNG adalah Filipina.
Lapangan gas Tangguh merupakan proyek berkelas dunia. Perhitungan jumlah perkiraan cadangan terbukti sebesar 23,7 tfc di mana 14,4 sudah disertifikasi sebagai cadangan terbukti. Cadangan gas alam dibagi antara BP dan beberapa mitra di mana BP memiliki porsi sebesar 50 persen, dan sisanya dimiliki oleh Mitsubishi, Nippon, British Gas, Kanematsu Corp and Nissho Iwai.
Dengan produksi ini dapat menempatkan posisi Indonesia sebagai pemimpin dunia di industri LNG sambil menghasilkan pendapatan yang berarti untuk pemerintah baik di tingkat nasional maupun daerah Papua. Dengan masukan dan pengarahan dari berbagai stakeholder, Tangguh bisa berperan sebagai katalisator pembangunan secara pasti, beragam dan berkelanjutan.
Menurut Erwin, keuntungan yang diperoleh dari LNG Tangguh setelah dipotong biaya operasi sebesar 70 persen untuk Pemerintah RI dalam hal ini Pertamina dan 30 persen untuk BP Amoco. Ini berlangsung selama 30 tahun untuk kontrak pertama. Dengan demikian, keuntungan tersebut dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat Papua terutama masyarakat di sekitar Teluk Bintuni.
Akan tetapi, revenue yang diterima pemerintah pada produksi awal masih kecil. Keuntungan itu mulai terasa setelah 10 tahun kemudian. Saat itu semua pihak benar-benar menikmati keuntungan dari proyek Tangguh tersebut. Gubernur JP Solossa mengakui, Provinsi Papua akan mendapat keuntungan besar setelah perusahaan LNG di Bintuni beroperasi.
Nilai investasi untuk dua train pertama sebesar 2 milyar dollar AS. Jika pembangunan dilanjutkan menjadi delapan train, diperkirakan nilai investasi bertambah menjadi delapan milyar dollar AS. Tetapi, penambahan pembangunan train tergantung dari permintaan dan kebutuhan pasar.
BP-Pertamina juga sedang mencari cadangan di sebelah timur Babo. Sejumlah perusahaan asing sedang melakukan eksplorasi di sekitar Bintuni. Semua kilang yang nanti dibangun akan diolah di Tanah Merah.
***
ERWIN menjelaskan, pihak LNG Tangguh telah memprogramkan agar proyek tersebut tidak diarahkan untuk membangun pusat-pusat kota di sekitar Bintuni. Kemajuan diprioritaskan menyebar di seluruh daerah kabupaten seperti Sorong, Manokwari, Fakfak, Nabire, dan seterusnya.
Pihak BP Amoco yang mensponsori investasi LNG Tangguh tidak hanya berupaya mengeruk keuntungan dari wilayah itu. Mereka juga telah memiliki sejumlah komitmen pengembangan sumber daya masyarakat sekitar.
Putra daerah harus dilibatkan di dalam proses pembangunan perusahaan dari awal sampai produksi. Saat ini sekitar 60 karyawan direkrut untuk melakukan berbagai persiapan, di antaranya 50 persen adalah putra lokal, di sekitar Teluk Bintuni.
Mereka ini bekerja di base camp sementara, yang terletak di pinggir Sungai Saengga. Setelah relokasi penduduk Tanah Merah ke lokasi 04 Tanah Merah Baru, wilayah Saengga, base camp permanen milik Tangguh akan dibangun di Tanah Merah.
Persiapan pembangunan kilang dan seterusnya membutuhkan sekitar 5.000 karyawan, tetapi setelah berproduksi akan berkurang sekitar 300 orang. Dan pihak BP Amoco tetap memiliki komitmen agar putra lokal harus diberdayakan.
Saat ini telah direkrut sekitar 20 putra Papua lulusan sarjana dari Institut Sains dan Teknologi Jayapura (ISTJ) dan Universitas Papua di Manokwari. Mereka sedang mengikuti pelatihan di Cepu dan di pusat kilang di Laut Jawa.
"Kami mengharapkan agar orang Teluk Bintuni sendiri yang menghidupkan ekonomi di wilayah ini. Perusahaan ini memberi dukungan dana dan seterusnya. Kita akan bekerja sama dengan pemerintah daerah agar hasil-hasil dari daerah ini dapat dipasarkan ke daerah lain," kata Erwin.
Pengalaman di Timika, walau daerah itu sangat maju dan dampak dari proses pertambangan PT Freeport Indonesia telah menumbuhkan ekonomi masyarakat, tetapi putra lokal tidak berkembang sama sekali. Ekonomi, usaha perhotelan, bisnis dan perdagangan, restoran dikuasai warga pendatang. Warga lokal tetap miskin dan terbelakang.
Pihak BP dan masyarakat lokal telah memiliki satu komitmen bersama agar menjaga kehadiran orang-orang dari luar yang pada akhirnya mengambil alih semua peran perekonomian di sekitar Teluk Bintuni. Dampak dari perusahaan LNG Tangguh harus benar-benar dinikmati secara keseluruhan bagi masyarakat Teluk.
Seminar yang diselenggarakan BP-Pertamina tentang "Peluang Bisnis dan Kemitraan dengan Masyarakat" telah diadakan di Manokwari dan Fakfak. Sekitar 100 orang peserta seminar terdiri dari pemerintah daerah, LSM, Bapedalda Papua, wakil masyarakat dan perwakilan Universitas Papua hadir di dalam seminar itu.
Seminar itu untuk melanjutkan konsultasi dengan para stakeholder mengenai pengembangan sosial-ekonomi. Seminar itu juga membahas strategi yang bisa diterima semua pihak di lapangan untuk menanggapi konflik, jika sewaktu-waktu muncul.
BP-Pertamina telah mengundang para wakil masyarakat Teluk Bintuni untuk memantau pengembangan masyarakat melalui kunjungan ke fasilitas LNG di Badak dan Bontang, Kalimantan Timur. Wakil-wakil masyarakat terdiri dari penduduk desa yang berada di sekitar proyek Tangguh, pejabat pemerintah dan LSM diikutkan dalam kunjungan itu.
Oleh karena itu, proyek Tangguh akan menerapkan teknik dan praktik yang terbaik dengan sistem perlindungan biologi yang berkelanjutan dan sistem pengembangan masyarakat secara terpadu. Persetujuan mengenai Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) diharapkan dapat diperoleh pada pertengahan tahun 2002, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan awal konstruksi. (Kor-kcm)
http://www.infopapua.com/papua/0302/1103.html
 |
|