April 2002

2002 | 2001 | 2000 | 1999

Jan  |  FebMar  |  AprMay  |  June  |  July  |  Aug | Sept  | Oct  |  Nov  |  Dec

 

 

4 SIARAN PERS - No: 11/SP-Kontras/IV/02 Tentang: Proses Pengungkapan Kasus Theys dan Upaya Pemutusan Pertanggungjawaban Negara
4 Komando Tersesat di Pusaran Konflik
4 Mengapa Kopassus 'Tersesat' 
4 Kasus Theys Mirip Penculikan Aktivis
4 Pembunuh Theys Lebih dari Satu Kesatuan
4

150 TENTARA AKAN DI KIRIM KE PAPUA, Situmorang: Dalam konteks rotasi, bukan penambahan

4 Budaya Konflik Kian Mengkhawatirkan
4 Motif konspiratorial, Motif pembunuhan Theys
4 Saksi Pembunuhan Theys Ketakutan
4 "Mereka Cuma Eksekutor"
4

BP Tak Bertanggung Jawab Atas Kematian 48 Bayi di Bintuni

4 Proses Amdal LNG Bintuni Sudah Libatkan Masyarakat
4 Peace on the net - A guide to resources for peace-makers, Jane McGrory
4 Gubernur Papua Optimis Pembunuh Theys Segera Terungkap
4 Tempo Magazine - April 16 - 22, 2002, Interview: Koesparmono Irsan: "Everything has been in the open"
4 Franciscans International and Dominicans for Justice and Peace demand an end to long-standing and ongoing human rights violations in Papua, Indonesia
4 Hasil KPN Kasus Theys Mau Diserahkan, Mega ke Luar Kota

 

     
Sunday, April 21, 2002 05:24:47 AM

BP Tak Bertanggung Jawab Atas Kematian 48 Bayi di Bintuni



Jayapura, Pimpinan Beyond Petroleum (BP) Indonesia tidak bertanggung jawab atas kasus kematian 48 bayi di Kecamatan Bintuni, Kabupaten Manokwari, Papua, karena perusahaan asal Inggris itu tidak berbuat salah terhadap penduduk setempat.

"BP tidak merasa berbuat apa-apa sehingga tidak bertanggung jawab terhadap kasus kematian puluhan bayi dan perusakan hutan sagu di daerah itu," kata Vice President BP Indonesia Ir Agust Rumansara MA di Jayapura, Selasa.

Bantahan Rumansara itu atas tuduhan penduduk setempat bahwa perusahaan pengolah tambang gas alam cair (LNG) Proyek Tangguh BP-Pertamina di Teluk Berau, Kepala Burung, Papua, ketika melakukan seismic PT Arco mengakibatkan 48 bayi meninggal dunia dan ribuan hutan sagu terbakar.

Menurut Rumansara, dalam laporan pimpinan Puskesmas setempat bahwa jumlah kematian hanya sembilan akibat penyakit campak dan kurangnya gizi ibu dan anak, namun tidak jelas ada laporan dari pihak lain yang menyebutkan kematian bayi sebanyak 48 di Weriagar dan Tomu, perbatasan Kabupaten Fakfak dan Kabupaten Manokwari.

Oleh karena itu, BP merasa tidak berbuat apa-apa terhadap penduduk setempat, sehingga kalau pun itu betul, maka ada jalur lain terutama proses hukum ke pengadilan, katanya. Rumansara yang didampingi Manajer Proyek Tangguh-Pertamina Yoga Soeprapto dan Humas BP Amir Hamzah mengatakan perusakan hutan sagu di Kecamatan Kokas, Kabupaten Fakfak, juga bukan akibat aktivitas perusahaan.

Menyinggung tuntutan ganti rugi, perusahaan patungan Indonesia-Inggris itu telah membayar lunas kepada penduduk setempat. Sementara itu Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Provinsi Papua Drs Demianus Dimara pada kesempatan itu mengatakan pihaknya telah diperintahkan Gubernur Drs Jaap P Solossa MSi untuk menginvestigasi kasus kematian bayi dan perusakan hutan sagu.

Laporan temuan itu telah disampaikan kepada gubernur dan gubernur mengatakan tuntutan masyarakat akan diselesaikan Pemda setempat sesuai adat istiadat penduduk di daerah itu, katanya. Proyek LNG Tangguh BP-Pertamina di Teluk Berau akan mulai mengeksploitasi pada 2004 dan mengekspor perdana tahun 2006 dengan tujuan RRC dan Filipina. LNG Tangguh memiliki cadangan gas sebesar 14 triliun kaki kubik yang diambil dari 15 sumur tua di Weriagar dan Fruata, Kecamatan Bintuni, Kabupaten Manokwari. (ant)