| | | 04 April, 2002 04:03:37 AM
Komando Siluman, Pasukan SilumanPerawakannya kekar dengan kulit berwarna cokelat terang. Nama panggilannya Doni. Dengan pangkat mayor, lulusan Akabri ini adalah orang kedua di Satuan Tugas Tribuana Kopassus, yang bermarkas di Hamadi, Jayapura. Dia juga berasal dari Kopassus Grup 5, sebuah kesatuan antiteror.
Rionaldo, rekan Doni, berwajah ganteng, mirip peragawan. Tak ada tanda-tanda dia seorang anggota pasukan elite kecuali rambutnya yang dicukur pendek. Lulus dari Akabri pula, dia baru dipromosikan menjadi kapten pada Oktober 2000 lalu.
Doni dan Rionaldo, menurut laporan polisi setempat yang diperoleh TEMPO, adalah dua dari tujuh prajurit Kopassus di Hamadi yang diduga memimpin operasi pembunuhan Theys Eluay. Mereka dibantu oleh lima bintara setingkat kopral dengan nama panggilan Agus, Yadi, Nyoman, Made, dan Sanusi.
Akhir tahun lalu, mereka sudah diinterogasi aparat Polda Papua. Tapi benarkah mereka tim yang disiapkan untuk menghabisi tokoh Papua Merdeka itu?
Meski Kepala Pusat Penerangan TNI sudah membenarkan keterlibatan oknum Kopassus, rincian kasus pembunuhan ini masih diliputi banyak misteri. Kopassus sendiri menutup rapat semua informasi yang berkaitan dengan soal ini, terutama tentang dari mana sebenarnya perintah membunuh Theys berasal. Komandan Jenderal Kopassus, Panglima Kodam Trikora, dan Kepala Staf Angkatan Darat mengatakan tak ada perintah membunuh siapa pun.
Sejauh ini, tampak kecil kemungkinan mereka bertindak atas motif sendiri. Tim eksekutor itu dibantu tim-tim pendukung yang lebih luas. Dan penelusuran TEMPO menyebutkan bahwa mereka menerima perintah, tapi perintah itu memang tidak mengikuti garis komando biasa, melainkan order langsung kepada sekelompok kecil pasukan.
Sumber TEMPO mengatakan adanya keterlibatan seorang perwira berpangkat kapten dari Batalion Sandi Yudha—intelijen tempur Kopassus—dalam mengotaki operasi ini. Tapi yang ini pun tampaknya hanya menerima perintah dari atasan lebih tinggi lagi, seseorang berpangkat letnan kolonel, bukan melalui jalur komando Kopassus. Mereka memperoleh perintah dari institusi luar, sebuah institusi intelijen.
Pembunuhan, menurut sumber itu, dirancang rapi. Pada tahap pertama, beberapa anggota tim mendekati keluarga Theys. Dari nama-nama tadi, Agus, Nyoman, dan Made memang kemudian telah sangat dikenal oleh keluarga Theys. Menurut Boy, anak Theys, mereka sering datang ke rumah ayahnya. Karena posisinya sebagai ondoafi alias kepala suku Sentani, Theys sudah biasa menerima siapa saja yang bertamu ke rumahnya. Bahkan mereka beberapa kali menginap di kamar Aristoteles Masoka, sopir Theys.
Cerita bergulir ke tanggal 10 November 2001, malam, saat pembunuhan. Sebuah tim serdadu berangkat setengah jam mendahului kepergian Theys setelah mengikuti acara Hari Pahlawan di markas Kopassus di Hamadi itu. Tugas mereka melaju dari arah Kampung Kotaraja, sekitar 10 kilometer dari Hamadi, dan menghadang mobil Theys untuk menculiknya.
Mereka terdiri atas empat orang, berkendaraan mobil Kijang, dan dilengkapi pistol FN-P1 di pinggang. Boy Eluay, yang mengaku mendapat penuturan langsung dari rekannya, pengemudi mobil para penculik itu, mengatakan bahwa satu anggota Kopassus bernama Nyoman dipastikan ada di dalam mobil para penculik. Semuanya berseragam hitam-hitam—mirip cerita penculikan di film-film Hollywood. Setelah memukuli Aris, mereka membawa Theys ke kawasan Koya Tengah dan membunuhnya dengan cara mencekiknya.
Tim lain bertugas mengamankan jalur dari tempat penculikan ke lokasi pembunuhan, sepanjang kira-kira 20 kilometer, dengan waktu tempuh 40 menit—termasuk mengosongkan beberapa pos penjagaan, yang biasanya ketat memeriksa setiap kendaraan yang melintasi kawasan itu. Mereka mengerahkan satu mobil Kijang dan satu motor jenis trail. Seorang komandan memimpin pengamanan jalur ini dari atas sepeda motor Vespanya.
Tim pengaman jalur ini sukses dengan tugasnya karena, tak seperti biasanya, semua mobil malam itu bebas tanpa pemeriksaan. Tapi, tanpa mereka sadari, mereka terlihat oleh Ismail Nalli, seorang pemburu babi rusa dan salah satu saksi polisi. Menurut investigasi Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia, Nalli mengenali tiga dari para pengaman jalur itu: Yadi, Agus, dan Sanusi.
Seorang petinggi di markas Kopassus di Cijantung memang mengakui ada nama yang terkait dengan Batalion Sandi Yudha dan beberapa nama tersangka tadi. Tapi dia membantah adanya komando untuk membunuh Theys dan menolak mendiskusikan kemungkinan mereka memperoleh perintah di luar jalur.
Namun, dilihat dari luasnya operasi, hampir mustahil para tersangka itu, jika benar mereka terlibat, bertindak atas kemauan sendiri dan dengan motif pribadi. Besar kemungkinan mereka hanya dikorbankan untuk melindungi nama-nama di tingkat lebih tinggi.
Beberapa sumber TEMPO menyebut adanya seorang pensiunan perwira tinggi di sebuah perusahaan kehutanan yang menilai Theys telah menghalangi bisnisnya senilai US$ 40 juta.
I G.G. Maha Adi, Arif A. Kuswardono, Cunding Levi (Jayapura)
Sumber : Tempo |